Saturday, 5 July 2014

Apakah anda bekerja di tempat yang salah??



Hasil Survey pertanyaan provokatif diatas 28% menyatakan mereka bekerja di tempat yang benar, 30% ragu-ragu dan 42% terang-terangan mengatakan bahwa mereka sekarang sedang bekerja di tempat yang salah. Namun masalahnya, mereka saat ini merasa sudah terjebak dan tak tahu lagi apa yang masih bisa mereka lakukan.
Survei kecil-kecilan yang saya lakukan di atas tentu saja tidak ilmiah karena tidak berdasarkan pada kaidah penelitian yang benar. Namun survei tersebut bisa menjadi semacam tanda bahwa banyak profesional kita yang bekerja di tempat yang salah. Sesungguhnya apa yang saya dapatkan ini tak jauh berbeda dari penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Kathleen Gage (Workplace Miracles). Data yang didapat Gage ternyata sangat mencengangkan. Ia menemukan bahwa 80% orang (di Amerika Serikat) bekerja di tempat yang salah.
Kabar baik dari penelitian ini, bila Anda merasa berada di tempat yang salah sesungguhnya Anda tidak sendirian. Anda mempunyai banyak sekali teman! Teman Anda bahkan jauh lebih banyak daripada orang yang sudah bekerja di tempat yang benar. Jadi Anda sama sekali tak perlu berkecil hati.
Yang paling penting menurut saya adalah keberanian untuk mengakui bahwa kita sedang bekerja di tempat yang salah. Ini sungguh tidak mudah. Ego mungkin sekali mencegah kita untuk melakukannya. Selain itu mengakui hal ini terang-terangan akan membuat Anda berada di posisi yang sulit. Kalau sudah tahu ada di tempat yang salah, kenapa masih diam saja? Kenapa Anda tidak memperbaiki situasi ini?
Namun, jawaban terhadap pertanyaan tersebut sangatlah penting bagi kita sendiri. Inilah indikator utama kebahagiaan di tempat kerja. Dan bukankah kebahagiaan di tempat kerja amat penting dan berperan amat besar terhadap kesuksesan kita?
Dari hasil pemikiran dan perenungan, saya merumuskan lima indikator untuk menjawab pertanyaan yang sangat penting ini. Pertama, apakah Anda merasa bergairah terhadap pekerjaan Anda? Pertanyaan ini dapat kita turunkan menjadi pertanyaan kecil seperti: Apakah Anda bersemangat dan merasa gembira datang ke kantor? Apakah saat pulang dari kantor Anda masih memiliki energi, dan masih ingin bekerja lagi? Kalau Anda menjawab “Ya” untuk pertanyaan tersebut, tanda terpenting bahwa saat ini Anda telah bekerja di tempat yang benar.
Indikator kedua, saat ditanya mengenai pekerjaan Anda, apakah Anda menjawab dengan antusias dan penuh kebanggaan? Hal ini kelihatannya sepele tetapi mengandung makna yang cukup dalam. Betapa banyak orang yang tidak bangga dengan pekerjaan mereka.Tiadanya kebanggaan mengenai tempat kerja Anda merupakan indikator bahwa Anda bekerja di tempat yang salah.
Indikator ketiga, apakah pekerjaan Anda sekarang ini menjadikan Anda lebih baik, lebih pandai, lebih tahu, lebih terampil, lebih profesional? Bila jawabannya “tidak” ada kemungkinan Anda berada di tempat yang salah. Kalau Anda terus-menerus bertahan di kantor yang seperti itu, Anda sebenarnya sedang menurunkan nilai jual Anda sendiri sebagai seorang profesional.
Pertanyaan keempat, apakah lingkungan kerja Anda terdiri dari orang-orang yang profesional? Di sini saya membedakan orang profesional dengan orang yang baik. Lingkungan yang baik akan memberikan kenyamanan bagi kita, menghadiahkan kita dengan banyak teman dan sahabat. Namun lingkungan yang baik sering membuat kita terlena. Untuk bisa maju kita membutuhkan lingkungan yang profesional yang mungkin sekali tidak menyenangkan. Jadi ketidaknyamanan itu sebenarnya diperlukan agar kita dapat meningkatkan profesionalisme kita.
Indikator kelima, apakah Anda mendapatkan penghasilan yang memadai untuk hidup layak? Persoalan gaji sejatinya hal yang sangat relatif. Dalam hal ini saya ingin mengatakan bahwa saya tidak menganggap gaji sebagai sesuatu yang menentukan di awal karier saya.
Yang kita cari dalam pekerjaan adalah kebahagiaan bukan sekadar kesuksesan atau uang. Apalah artinya uang yang banyak bila kita harus membayarnya dengan ketidakbahagiaan? Padahal kalau Anda bekerja dengan bahagia, Anda tak harus bekerja sehari pun. Anda bahkan tak dapat membedakan lagi kapan Anda bekerja dan kapan Anda bermain. Kalau sudah demikian bukankah sukses sudah berada dalam genggaman?

Tuesday, 1 July 2014

Empat Pertimbangan Sebelum Ambil Kredit Usaha






Saat ini, sulit rasanya untuk menjalankah suatu usaha tanpa mengambil kredit, apapun jenis usaha kita. Kontraktor, sebelum pembayaran lunas, perlu mengupayakan biaya operasional terlebih dahulu. Pedagang, sebelum barang terjual tuntas, perlu membayar supplier dulu. Petani, sebelum mulai tanam, perlu dana untuk membeli benih, pupuk, pembasmi hama, dan seribu satu keperluan lainnya. Kekurangan uang tunai bisa mengakibatkan kegiatan usaha terhambat. Oleh karena itu, kredit usaha telah menjadi bagian integral yang sulit dipisahkan dalam bisnis. Pertanyaanya, bagaimana kita memilih kredit usaha yang tepat? Pemilihan kredit usaha akan berpengaruh terhadap cashflow kita, jadi Anda harus mempertimbangkan plus-minusnya dengan seksama.

Seberapa Besar Skala Usaha Anda?
Secara umum, kredit usaha terbagi menjadi tiga, yaitu kredit mikro, ritel, dan korporasi. Penggolongan kredit ini tergantung pada besaran skala usaha Anda dan besaran pinjaman kredit Anda. Kredit mikro umumnya diambil oleh mereka yang membutuhkan modal kecil seperti petani dan pedagang pasar. Kredit ritel setingkat diatas kredit mikro, dan umumnya diambil oleh pengusaha UMKM. Sedangkan kredit korporasi diperuntukkan bagi perusahaan berskala besar. Bunga untuk masing-masing kelompok berbeda tergantung kebijakan bank.

Penggolongan kredit ini biasanya sesuai dengan kebijakan masing-masing bank. Plafon (batas atas) kredit mikro di bank besar nasional, misalnya, biasanya lebih rendah dibanding plafon kredit dari golongan yang sama di bank daerah atau BPR. Untuk itu, sebelum memutuskan untuk mengambil kredit dari suatu bank, ada baiknya Anda menanyakan plafon kredit dan besaran bunga kredit di lembaga keuangan yang berbeda.
Apa Jenis Usaha Anda?
Berdasarkan cara pembayaran bunga dan pokok kredit, kredit usaha ada dua tipe, yaitu pinjaman biasa dan pinjaman rekening koran (r/k). Dalam pinjaman biasa, dana dari bank akan diberikan langsung kepada Anda untuk dipergunakan sesuai kebutuhan. Selanjutnya, Anda perlu melakukan angsuran rutin bunga dan pokok secara berkala (biasanya tiap bulan). Tipe pinjaman ini cocok bagi Anda yang memiliki usaha dengan cashflow (arus kas) rutin, seperti toko atau produksi barang kerajinan. Cashflow rutin memungkinkan Anda untuk merencanakan pembayaran angsuran kredit dengan lebih leluasa.
Pinjaman rekening koran diberikan oleh bank dalam bentuk rekening koran, biasanya giro. Anda bisa menarik dari rekening tersebut untuk kebutuhan usaha Anda dengan cek/bilyet giro. Pembayaran rutin yang harus Anda lakukan hanyalah bunga kredit dari besaran dana yang sudah Anda tarik dari rekening tersebut, sedangkan pokok kredit hanya perlu Anda bayar setahun sekali atau di akhir masa kredit. Tipe pinjaman ini cocok bagi usaha dengan cashflow tidak teratur seperti konstruksi. Penarikan dana dari rekening bisa dilakukan hanya ketika Anda membutuhkan, dan pembayarannya pun bisa disesuaikan dengan saat dana masuk.
Seberapa Besar Kredit Yang Anda Butuhkan?
Hal nomor satu yang perlu Anda ingat adalah untuk tidak meminjam lebih dari yang Anda butuhkan. Anda harus membayar bunga untuk setiap rupiah uang yang Anda pinjam lewat kredit usaha, alangkah mubazir nya jika ada kelebihan yang akhirnya tak digunakan untuk keperluan yang penting. Tentukan besaran yang cukup, lalu ajukan ke Bank, BPR, atau koperasi/BMT.

Kadang-kadang, jika Anda memiliki usaha berprospek bagus, Anda akan ditawari lebih banyak pinjaman dari yang Anda minta di awal. Misalnya, Anda mengajukan pinjaman mikro 50 juta, tapi kemudian Anda ditawari kredit 100 juta. Sepintas, itu mungkin kelihatan seperti rejeki dari langit, tapi ingat bahwa 100 juta itu hanya pinjaman yang kelak Anda harus mengembalikannya, plus bunga. Perhitungkan baik-baik, antara kredit 50 juta dan 100 juta, mana yang lebih efektif dan efisien bagi usaha Anda, serta apakah Anda akan bisa melunasi angsurannya hingga akhir. Pada akhirnya, pilihan ada di tangan Anda.
Bunga Kredit atau Bagi Hasil?
Selain kredit usaha yang ditawarkan bank umum dan BPR, sekarang sudah banyak juga ditawarkan kredit oleh bank Syariah dan BPRS dengan istilah 'pembiayaan bagi hasil'. Anda yang berkeinginan untuk mentaati perintah agama dengan sungguh-sungguh mungkin akan lebih menyukai pembiayaan bagi hasil daripada kredit berbunga. Tetapi bukan tidak mungkin juga Anda memilih pembiayaan bagi hasil walau Anda tidak terlalu religius, karena skema perjanjian kredit dan pembiayaan berbeda.

Jika Anda mengambil kredit, maka Anda harus membayar 'bunga kredit' diluar pokok pinjaman. Sedangkan jika Anda mengambil pembiayaan, maka Anda harus membayar 'bagi hasil' selain juga pokok pinjaman. Bunga ditetapkan dalam persentase tertentu dari pinjaman pokok, tetapi bagi hasil ditentukan dalam proporsi tertentu dari keuntungan hasil usaha. Misalkan perjanjian mengatakan pembagian bagi hasil Anda dan pihak Bank adalah 60:40, maka ketika Anda mendapatkan laba 1.000.000, Anda harus memberikan 400.000 kepada Bank. Tata cara bagi hasil dan penghitungannya disepakati di awal kontrak antara Anda dengan pihak Bank, jadi pastikan bahwa Anda memahaminya dengan jelas dan tidak keberatan dengan poin-poin yang dipersyaratkan, sebelum menandatangani. Perbedaan antara bunga kredit dan bagi hasil ini cukup signifikan dan akan mempengaruhi pembukuan Anda.

Faizal CIKASOSE: Perlu Riyal/Real/SAR Saudi Pecahan Kecil???Kamilah...

Faizal CIKASOSE: Perlu Riyal/Real/SAR Saudi Pecahan Kecil???Kamilah...: Manfaatkan fasilitas delivery service untuk wilayah Bandung dan sekitarnya... Khusus untuk member Visi Madani Group dapat...
 
Blogger Templates