Tuesday, 24 February 2015

6 Karakteristik Karyawan Ideal



Salah satu penunjang kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kinerja karyawan. Oleh karena itu, pemilihan personal tenaga kerja yang tepat dalam fase awal bisnis merupakan hal penting dalam menciptakan stabilitas perusahaan. Maka dari itu, sebagai seorang entrepreneur hendaknya berhati-hati dan cermat dalam memutuskan siapa saja personal yang akan diajak bergabung atau diterima di perusahaan. Pilihlah kandidat karyawan yang ideal. Seperti apakah karyawan yang ideal dan berkualitas tersebut?


Neil Patel
, seorang pengusaha pendiri Crazy Egg mendeskripsikan enam karakteristik calon tenaga kerja yang ideal:

1. Karyawan yang Ahli
Banyak pengusaha yang beranggapan bahwa karyawan yang bekerja untuk dirinya harus tidak boleh lebih cerdas darinya. Mungkin mereka takut, karyawan tersebut akan menipu perusahaan. Menurut Neil, dalam memilih karyawan tidaklah harus merekrut kandidat yang cerdas dalam banyak hal, namun pilihlah calon -calon yang piwai dalam satu bidang saja, dan benar-benar memang ahli di bidangnya.

2. Mampu Beradaptasi dalam Budaya Kerja Perusahaan
Setiap perusahaan pasti memiliki iklim dan budaya kerja yang berbeda-beda. Ada yang bersuasana tegang, serius, rileks, adem ayem, dan sebagainya. Hal itu ditentukan banyak faktor. Karyawan yang ideal adalah personil yang mampu beradaptasi dengan cepat mengikuti ritme kerja pada perusahaan yang dimasukinya.

3. Memiliki Tekad Besar
Aspek lain yang menunjukkan calon karyawan ideal adalah dilihat dari tekad kerjanya. Karyawan yang memiliki tekad besar biasanya adalah kandidat-kandidat muda yang masih minim pengalaman. Mereka akan rela melakukan kerja ekstra untuk mewujudkan citra diri yang baik di mata atasan. Sementara kandidat yang memiliki kemampuan sempurna cenderung akan mudah tergoda rayuan gaji tinggi dari perusahaan lain.

4. Uang Bukan Segalanya
Kita tidak mungkin memungkiri bahwa kita bekerja memang untuk mendapatkan uang yang melimpah. Namun menurut Neil, orang-orang yang begitu antusias dan amat tertarik dengan masalah keuangan bukanlah calon karyawan yang ideal. Personal yang perlu direkrut adalah orang yang tidak mementingkan besar kecilnya gaji, tetapi tertarik karena visi misi serta lingkungan kerja di perusahaan anda.

5. Mampu Mengembangkan Potensi Diri
Karyawan yang berkualitas adalah personil yang bersemangat dan mandiri dalam mengembangkan potensi dirinya. Banyak karyawan yang hanya mau belajar dan berlatih jika difasilitasi oleh perusahaan. Hal tersebut tentu akan membutuhkan biaya dan tenaga yang ekstra, apalagi bagi perusahaan yang baru berdiri. Lalu bagaimana cara mengetahui calon karyawan yang akan bersemangat dalam mengembangkan potensi dirinya? Mungkin anda bisa uji seberapa luas wawasannya tentang hal-hal yang terbaru (up date).

6. Bukan Berasal dari Perusahaan Rekrutmen
Neil juga menyarankan untuk lebih mengutamakan merekrut kandidat karyawan dari anjuran relasi atau memakai jasa rekrutmen internal. Menurut Neil, calon tenaga kerja yang berasal dari perusahaan rekrutmen biasanya kualitasnya kurang bagus karena orang-orang ditawarkan tersebut adalah orang-orang yang sedang membutuhkan pekerjaan. Sedangkan calon pekerja yang berkualitas adalah sebaliknya, yakni orang-orang dikejar (diburu) pekerjaan (perusahaan), bukan mengejar pekerjaan. Namun, tentu tidak semua calon tenaga kerja dari perusahaan rekrutmen kurang memenuhi kriteria ideal.
Bottom of Form

Thursday, 12 February 2015

Beragam Dampak Kurs Rupiah Melemah



Kemerosotan kurs Rupiah hingga nyaris 13,000 per Dolar beberapa hari belakangan telah menjadi berita terpanas menjelang akhir tahun. Beragam faktor menjadi penyebab kurs rupiah melemah diantaranya fundamental ekonomi Indonesia yang masih rapuh serta sentimen regional Asia dan negara-negara berkembang yang memburuk dan berakibat pada pelarian modal ke luar negeri.

Depresiasi, atau penurunan nilai tukar (kurs) suatu mata uang, seringkali dipandang negatif. Kenapa? Padahal sebenarnya, ada yang diuntungkan dan ada pula yang dirugikan. Kurs Rupiah melemah memiliki beragam implikasi bagi masyarakat, baik perusahaan maupun individual.
1. Nilai Gaji Dalam Dolar AS Meningkat
Tanpa perlu dijabarkan sekalipun, fakta ini sudah umum dipahami. Kurs Rupiah melemah membuat nilai gaji dalam bentuk Dolar AS atau mata uang asing lainnya jadi meningkat saat ditukarkan dengan Rupiah. Kiriman bulanan TKI sebesar 500 USD ke keluarganya di Indonesia, misalnya. Saat kurs Rupiah 12,000 per Dolar AS maka jumlah itu hanya akan setara dengan sekitar 6 juta Rupiah; tetapi bila kurs Rupiah melemah hingga 13,000 per Dolar AS maka nilainya akan meningkat jadi sekitar 6,5 juta Rupiah.

Ini dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga Indonesia yang kebetulan kerabatnya bekerja di luar negeri, sekaligus membuat makin banyak orang berkeinginan untuk menjadi TKI.
2. Meningkatkan Daya Saing Produk Made In Indonesia di Luar Negeri
Sudah umum diketahui juga bahwa dengan kurs Rupiah melemah, harga produk Indonesia akan makin murah bagi konsumen yang berdomisili di luar negeri. Secara teoritis, hal ini bisa meningkatkan pangsa pasar bagi produk-produk Made In Indonesia. Selain itu, perusahaan berorientasi ekspor menerima pembayaran dari luar negeri dalam bentuk Dolar AS yang nilainya semakin tinggi seiring melemahnya Rupiah. Dengan sendirinya, kondisi ini bisa meningkatkan ekspor Indonesia.

Jajaran bumbu-bumbu instan produk Indonesia di salah satu toko di Jepang. Nampak label harga dalam Yen.
Meningkatnya daya saing produk Made In Indonesia di luar negeri ini berpotensi memicu ekspor Indonesia dan menguntungkan perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor jika biaya produksi barang-barang ekspor itu sendiri bisa dijaga dalam kisaran normal dan produk Indonesia disukai di luar negeri.

3. Harga Barang Impor Naik
Salah satu dampak yang langsung terasa saat kurs Rupiah melemah adalah kenaikan harga barang-barang impor. Sebagian besar perdagangan luar negeri Indonesia dijalankan dengan perantaraan Dolar AS, sehingga mahalnya Dolar AS akan membuat harga barang impor juga makin mahal. Apakah ini bagus?

Bagi barang-barang impor dari jenis barang konsumsi, mungkin bagus. Katakanlah harga buah-buahan impor naik, misalnya, maka orang mungkin akan tertarik untuk membeli buah-buahan lokal yang lebih murah dan segar. Jika masyarakat lebih suka buah lokal, maka impor buah pun akan turun. Pendapatan importir buah ikut anjlok, tetapi di saat yang bersamaan akan menggeser rejeki bagi petani dan pedagang buah lokal.

Namun, kenaikan harga barang impor ini akan buruk sekali bagi industri yang berbahan baku impor, misalnya industri Tempe dan Tahu. Kebutuhan kedelai Indonesia sebagian besar dipenuhi dari impor, sehingga bila kurs Rupiah melemah terus menerus, maka harga kedelai akan makin menjulang tinggi, dan dampaknya harga Tempe dan Tahu naik, serta industrinya terancam gulung tikar.
Industri Tempe Rumahan
Semakin banyak industri berbahan baku impor di Indonesia, maka dampak kurs rupiah melemah terhadap perekonomian akan semakin berat. Selain karena perusahaan-perusahaan di industri itu terancam tutup, para pegawainya bisa di-PHK, dan pertumbuhan ekonomi juga terancam melambat. Padahal, jumlah industri berbahan baku impor ini banyak sekali, bukan hanya industri Tempe dan Tahu.
4. Beban Hutang Negara Dan Swasta Makin Berat
Guna menjalankan pembangunan negara, pemerintah seringkali perlu berhutang, baik secara langsung ke lembaga atau negara tertentu, maupun dengan menerbitkan obligasi (surat utang). Perusahaan-perusahaan swasta pun seringkali perlu berhutang dulu untuk mengembangkan usahanya. Jika hutang-hutang ini dilakukan dalam bentuk Dolar AS, maka pengembaliannya pun harus dilakukan dengan mata uang yang sama, walaupun kurs Rupiah saat pengembalian hutang berbeda dengan saat pemberian hutang.

Umpamakan perusahaan X berhutang 1 juta USD saat kurs Rupiah masih 12,000 per Dolar AS, atau dengan kata lain ia akan mendapatkan dana segar dari sumber hutang sebesar 12 milyar Rupiah. Perjanjiannya, satu tahun kemudian ia harus mengembalikan hutang 1 juta USD itu plus bunga 2% (20,000 USD). Di awal perjanjian, ia mungkin mengira hanya perlu mengembalikan 12 milyar Rupiah plus bunga 240 juta Rupiah. Tetapi bila saat jatuh tempo pengembalian hutang tiba ternyata kurs Rupiah melemah hingga 13,000 per Dolar AS, maka besar jumlah yang harus dikembalikan perusahaan X tersebut adalah 13 milyar Rupiah plus bunga 260 juta Rupiah. Atau dengan kata lain, beban hutangnya berlipat ganda dari pinjaman awal.

Saat krisis tahun 1997/1998 dulu, sebagian besar hutang Indonesia, baik hutang negara maupun hutang swasta, berbasis Dolar Amerika Serikat. Akibatnya, ketika kurs Rupiah melemah drastis, maka perekonomian langsung kolaps. Namun selama beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah lebih banyak berhutang dalam Rupiah, sehingga risiko krisis jadi lebih kecil. Walaupun demikian, sebagian hutang Pemerintah Indonesia masih ada yang berdenominasi Dolar AS, begitu pula banyak sekali hutang-hutang perusahaan swasta dalam mata uang tersebut, sehingga ketika kurs Rupiah melemah akan tetap terasa efeknya.


Demikianlah sejumlah pengaruh signifikan yang menjadi dampak kurs Rupiah melemah. Positif atau negatifnya pelemahan nilai tukar bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Selain empat poin diatas tersebut juga ada sejumlah efek minor lain yang mungkin timbul. Namun dampaknya bagi negara merupakan gabungan dari semua dampak negatif dan positif itu, sehingga ibarat penjumlahan dan pengurangan dalam matematika, apakah menguntungkan atau merugikan hasil akhirnya akan tergantung pada lebih banyak mana antara positif dan negatifnya, dan itupun bervariasi antar sektor ekonomi.


Top of Form

Monday, 9 February 2015

Mantan-mantan Karyawan yang Sukses Membangun Bisnis

Ketidakpuasan menjadi salah satu alasan utama bagi seseorang untuk keluar dari pekerjaannya. Gaji yang tidak mencukupi, terlalu terikat dengan aturan perusahaan, dan suasana tempat kerja yang membosankan menjadikan seseorang memilih hengkang dan mencoba peruntungannya dengan membuka usaha sendiri.

Seperti sisi mata uang logam, tentu ada yang mencapai keberhasilan dan ada juga yang gagal. Jadi peluangnya 50:50. Berbekal kerja keras dan kreatifitas dalam berpikir, orang-orang berikut ini sukses menjadi milyarder setelah berani mengambil keputusan untuk resign dan membangun bisnisnya sendiri.

1. Dana Sinkler dan Alex Dzieduszycki
Kedua orang tersebut adalah koki profesional di rumah makan bintang empat, bernama Manhattan Restaurant, Amerika Serikat. Setelah sekian lama bekerja, Sinkler dan Alex memutuskan keluar dari pekerjaannya untuk membangun bisnis pembuatan kripik sayuran yang khusus dihidangkan di bar sebagai cemilan saat minum bir dan aneka cocktail lainnya. Setelah melakukan berbagai eksperiment, mereka berhasil menciptakan cemilan enak yang diberi nama Terra Chips. Salah satu pelanggan mereka adalah Saks Fifth Avenue, sebuah perusahaan ritel online. Di tahun 1995, perusahaan kecil yang berprospek cerah tersebut kemudian dibeli 50%  sahamnya oleh sebuah perusahaan swasta. Dan akhirnya tiga tahun kemudian, perusahaan tersebut dibeli oleh Hain Calestial senilai US$ 80 juta. Kini dua orang tersebut membangun bisnisnya masing-masing, dimana Sinkler mendirikan restoran Hubee D's, sementara Alex mendirikan Julian's Recipe yang memproduksi waffle beku.

2. Andy Schamissco
Andy Schamissco awalnya merupakan seorang karyawan yang bekerja sebagai public relations. Setelah 13 tahun bekerja, ia mulai merasa jenuh dan tidak nyaman. Suatu hari saat musim panas, sang istri bernama Cecille membelikannya teh putih di Chinatown yang masih sangat jarang beredar di Amerika Serikat. Setelah browsing di internet, Andy kemudian menyadari manfaat white tea bagi kesehatan. Lalu ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan serius membangun bisnis minuman kesehatan tersebut hingga kini menjadi perusahaan yang besar.

3. Tyrone Brass
Tyrone Brass merupakan seorang mantan karyawan yang telah bekerja selama 19 tahun di perusahaan Syncrude Canada Ltd. Ia memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut dan berkeyakinan teguh akan dapat mandiri dalam dunia bisnis. Brass kemudian mendirikan Bayzik Electric dengan 28 pekerja. Berbekal pengalaman yang diperoleh dari perusahaan sebelumnya, Bross yang tinggal di Fort McMurray - Canada tersebut kemudian sukses membawa perusahaannya meraih pendapatan lebih dari US$6 juta sejak didirikan tahun 2005 lalu.

4. Paul English
Sebelum tahun 2004, Paul English yang merupakan warga Amerika kelahiran Boston adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan permodalan. Kemudian bersama rekannya Steve Hafner, Paul mendirikan sebuah mesin pencari (search enginge) khusus untuk bidang travelling, yang diberi nama Kayak di Concord - Massachusetts. Dengan perusahaan barunya tersebut, pria lulusan University of Massachusetts tersebut dipercaya menjabat sebagai Chief Technology Officer. Situs Kayak semakin berkembang dan digunakan banyak orang karena hasil pencariannya yang lebih lengkap yaitu tercantum data harga tiket pesawat, tarif hotel, harga sewa mobil, dan keterangan akomodasi lainnya. Kini rancangan situs yang didirikan Paul bersama Steve tersebut menjadi mesin pencari travelling nomer 1 dunia.
 
Blogger Templates