Saturday, 5 November 2016

Status BPJS Kesehatan untuk Karyawan Keluar (Resign atau PHK)




Sesuai dengan undang undang no 111 tahn 2013 bahwa setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk mendaftarkan setiap karyawannya ke bPJS Kesehatan sebagai peserta BPJS Pekerja Penerima Upah (PPU) atau peserta BPJS Badan Usaha/Perusahaan, ada beberapa kasus yang sering dijumpai terutama yang berkaitan dengan kepesertaan BPJS Badan usaha, kasus tersebut muncul manakala terjadi si karyawan tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut baik itu karena Resign ataupun Karena putus hubungan Kerja (PHK).

Kita ketahui bersama bahwa yang namanya bekerja di sebuah perusahaan tidak akan selamanya berjalan mulus, terkadang karena adanya permasalahan tertentu atau hal-hal tertentu si karyawan terpaksa harus rela meninggalkan perusahaan tempat kerjanya, sayangnya di era BPJS saat ini jika ada karyawan keluar maka tidak selesai begitu saja, tetapi harus ada penyelesaian terkait dengan urusan kepesertaan BPJS untuk karyawan yang bersangkutan, lantas ketika pindah kerja keluar atau resign "bagaimana status kenaggotaan bpjs keseahtan untuk karyawan tersebut?, apakah perusahaan harus tetap membayar iuran bpjs kesehatan?"
Memang di era BPJS saat ini, urusan kepesertaan bpjs kesehatan untuk karyawan keluar akan selalu menyangkut pautkan karyawan keluar, perusahaan dan juga kantor BPJS. menindak lanjuti karyawan yang keluar, perusahaan harus secepatnya melakukan koordinasi dengan pihak bpjs untuk memperbarui kepesertaan bpjs guna mencabut kepesertaan badan usaha karyawan yang keluar, agar iuran bpjs karyawan tersebut tidak selamanya menjadi tanggungan perusahaan, begitu juga si peserta setelah keluar dari perusahaan harus siap untuk menanggung sendiri iuran bulanan bpjs yang sebelumnya sebagian iuran ditanggung oleh perusahaan.

Status Kepesertaan dan Kewajiban Iuran BPJS Kesehatan untuk Karyawan Keluar (Resign atau PHK)

Seorang kaywayan yang sudah terdaftar menjadi peserta BPJS Prusahaan bis keluar dari perusahaan dikarenakan resign atau Putus hubungan kerja PHK. status kepesertaan BPJS kesehatan PPU untuk karyawan yang keluar dari perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Untuk Karyawan Yang keluar Karena Putus Hubungan Kerja (PHK)


Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (JSN) dan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.yang membahas soal karyawan yang mengundurkan diri atau mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). menjelaskan bahwa “Karyawan yang mengalami PHK masih tetap memperoleh Manfaat Jaminan Kesehatan paling lama enam bulan sejak di PHK tanpa membayar iuran".

Dijelaskan juga di surat edaran bpjs keseahtan di bawah ini:

Itu Artinya, jika karyawan keluar dari perusahaan karena di PHK maka perusahaan masih memiliki kewajiban untuk membayarkan iuran bpjs kesehatan untuk karyawan tersebut selama 6 bulan ke depan. dan kartu BPJS yang dimiliki oleh si karyawan masih bisa digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari BPJS.

Dalam waktu 6 bulan karyawan harus secepatnya melakukan perubahan data kepesertaan, jika setelah 6 bulan masih belum bekerja maka bisa lapor ke dinas sosial setempat untuk menjadi peserta BPJS PBI jika peserta merasa tidak mampu untuk membayar iuran bulanan bpjs, atau bisa juga menjadi peserta BPJS mandiri atau pindah menjadi peserta BPJS PPU di perusahaan lainnya, dengan terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan perusahaan sebelumnya untuk menonaktifkan kepesertaan di perusahaan lama tersebut.

Jika setelah 6 bulan kepesertaan BPJS karyawan masih belum melakukan perubahan data kepesertaan, baik sebagai peserta BPJS mandiri maupun perusahaan lainnya, maka seharusnya tidak ada utang-piutang antara bpjs dan peserta yang bersangkutan.

Tapi memang pada kenyataanya tidaklah seperti itu, BPJS bisa menjamin karyawan atau pekerja yang di PHK jika ada ketetapan PHK dari pengadilan hubungan industrial, sehingga tidak jarang peraturan tersebut tidak diterapkan, pada akhirnya peserta memiliki tunggakan yang harus dibayar dan harus dilunasi sendiri.

2. Untuk Karyawan Yang Keluar dari Perusahaan karena Resign

Bagaimana status kepesertaan untuk karyawan yang keluar dari perusahaan karena resign?, "Apakah perusahaan harus membayar iuran bpjs kesehatan untuk peserta tersebut?. jika berhenti bekerja atau resign sebenarnya mantan karyawan harus ingat untuk mengurus perubahan kepesertaan bpjs keseahatan miliknya, agar kepesertaan bisa terus berlanjut dan terhindar dari denda.

Departemen Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Grup Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan Kantor Pusat, menjelaskan jika karyawan keluar dari perusahaan karena resign, di bulan berikutnya perusahaan tidak memiliki kewajiban lagi untuk membayarkan iuran untuk karyawan yang bersangkutan, oleh karena itu agar tidak terjadi tunggakan karyawan harus secepatnya melakukan perubahan data kepesertaan untuk menjadi peserta BPJS mandiri dengan langsung datang ke kantor bpjs setempat dengan membawa persyaratan:
  • Kartu Keluarga KK
  • Kartu BPJS
  • KTP
  • dan surat keteranga sudah keluar dari perusahaan
  • Koordinasikan juga dengan pihak perusahaan bahwa kepesertaan bpjs perusahaan untuk karyawan tersebut sudah dinonaktifkan.
Jika karyawan tidak melanjutkan kepesertaan maka bisa timbul tunggakan yang harus dilunasi ketika karyawan ingin melakukan perubahan kepesertaanmenjadi peserta bpjs mandiri.



Demikian artikel tentang Status BPJS Kesehatan untuk Karyawan Keluar (Resign atau PHK), semoga membantu.

Berhenti Kerja? Berikut Cara Teruskan Kepesertaan BPJS Kesehatan





Bagi pekerja yang sebelumnya didaftarkan oleh perusahaan/kantor tempatnya bekerja sebagai peserta BPJS Kesehatan, tetapi kemudian resign (berhenti kerja) , tidak perlu khawatir karena masih dapat meneruskan kepesertaan BPJS Kesehatan.

Kepesertaan BPJS Kesehatan masih dapat terus diakses, karena:

1. Data peserta yang sudah masuk ke dalam master file BPJS Kesehatan akan terus tersimpan.

2. Apabila kepesertaan pekerja penerima upah (PPU) ingin diubah menjadi pekerja bukan penerima upah (PBPU) atau perorangan karena sudah tidak bekerja lagi, maka pekerja cukup melakukan perubahan jenis kepesertaan.

3. Perubahan jenis kepesertaan dapat dilakukan dengan mengisi formulir daftar isian perubahan data dengan melampirkan kartu BPJS Kesehatan asli dan identitas diri.

4. Informasi lebih lengkap dapat ke kantor BPJS Kesehatan atau menghubungi call center 1500 400

Bagaimana jika kartu sudah tidak aktif dan ingin mengubah kepesertaan dari pekerja bukan penerima upah (PBPU) menjadi pekerja penerima upah (PPU)?

1. Untuk mengaktifkan kartu BPJS Kesehatan, peserta melunasi kewajiban pembayaran iuran jika masih ada tunggakan.

2. Mengenai perubahan jenis kepesertaan, peserta wajib mengisi formulir daftar isian perubahan data dengan menyertakan:

a) Kartu BPJS Kesehatan asli

b) Surat keputusan/kontrak kerja sebagai pekerja dari badan usaha

c) Slip gaji/surat keterangan gaji dari badan usaha

3. Pengajuan perubahan jenis kepesertaan diajukan oleh perusahaan dan dapat dilakukan bersamaan saat perusahaan mendaftarkan karyawan lainnya ke BPJS Kesehatan.

Saturday, 8 October 2016

Belajar merangkai visi untuk masa depan (belajar dari Sahabat Rasulullah SAW)


DULU, di Madinah, tidak terlalu jauh dari masjid Nabawi, ada sebuah properti sebidang tanah dengan sumur yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Sumur itu dikenal dengan nama :Sumur Ruma (The Well of Ruma) karena dimiliki seorang Yahudi bernama Ruma.
Sang Yahudi menjual air kepada penduduk Madinah, dan setiap hari orang antri untuk membeli airnya. Di waktu waktu tertentu sang Yahudi menaikkan seenaknya harga airnya, dan rakyat Medinahpun terpaksa harus tetap membelinya. karena hanya sumur inilah yang tidak pernah kering.
Melihat kenyataan ini, Rasulullah berkata, "kalau ada yang bisa membeli sumur ini, balasannya adalah Surga". Seorang sahabat nabi bernama Usman bin Affan mendekati sang Yahudi. Usman menawarkan untuk membeli sumurnya. Tentu saja Ruma sang Yahudi menolak. Ini adalah bisnisnya, dan ia mendapat banyak uang dari bisnisnya.
Tetapi Usman bukan hanya pebisnis sukses yang kaya raya, tetapi ia juga negosiator ulung. Ia bilang kepada Ruma, "aku akan membeli setengah dari sumur mu dengan harga yang pantas, jadi kita bergantian menjual air, hari ini kamu, besok saya" Melalui negosiasi yang sangat ketat, akhirnya sang Yahudi mau menjual sumurnya senilai 1 juta Dirham dan memberikan hak pemasaran 50% kepada Usman bin Affan.
Apa yang terjadi setelahnya membuat sang Yahudi merasa keki. Ternyata Usman menggratiskan air tersebut kepada semua penduduk Madinah. Pendudukpun mengambil air sepuas puasnya sehingga hari kesokannya mereka tidak perlu lagi membeli air dari Ruma sang Yahudi. Merasa kalah, sang Yahudi akhirnya menyerah, ia meminta sang Usman untuk membeli semua kepemilikan sumur dan tanahnya. Tentu saja Usman harus membayar lagi seharga yang telah disepakati sebelumnya.
Hari ini, sumur tersebut dikenal dengan nama Sumur Usman, atau The Well of Usman. Tanah luas sekitar sumur tersebut menjadi sebuah kebun kurma yang diberi air dari sumur Usman. Kebun kurma tersebut dikelola oleh badan wakaf pemerintah Saudi sampai hari ini. Kurmanya dieksport ke berbagai negara di dunia, hasilnya diberikan untuk yatim piatu, dan pendidikan. Sebagian dikembangkan menjadi hotel dan proyek proyek lainnya, sebagian lagi dimasukkan kembali kepada sebuah rekening tertua di dunia atas nama Usman bin Affan. Hasil kelolaan kebun kurma dan grupnya yang di saat ini menghasilkan 50 juta Riyal pertahun (atau setara 200 Milyar pertahun)
Sang Yahudi tidak akan penah menang. Kenapa?
Karena visinya terlalu dangkal. Ia hanya hidup untuk masa kini, masa ia ada di dunia. Sedangkan visi dari Usman Bin Affan adalah jauh kedepan. Ia berkorban untuk menolong manusia lain yang membutuhkan dan ia menatap sebuah visi besar yang bernama Shadaqatun Jariyah, sedekah berkelanjutan.
Sebuah shadaqah yang tidak pernahhi berhenti, bahkan pada saat manusia sudah mati.
Masya' Allah

Kunci Kebahagiaan Keluarga Mengatasi Ketegangan Akibat Utang



     
Giannis: * ”Bisnis saya gulung tikar sewaktu terjadi krisis keuangan di Yunani sehingga kami tidak bisa membayar cicilan rumah dan tagihan kartu kredit. Karena stres, saya tidak bisa tidur.”

    Katerina: ”Tidak terbayang jika kami harus kehilangan rumah ini, yang kami bangun dengan cinta. Saya dan Giannis sering bertengkar tentang cara melunasi utang kami.”

GARA-GARA utang, keluarga bisa menjadi tegang bahkan berantakan. Misalnya, peneliti Jeffrey Dew mengemukakan bahwa pasangan yang berutang semakin jarang menikmati kebersamaan, lebih sering bertengkar, dan kurang bahagia. Dibanding soal-soal lain, percekcokan soal utang dan keuangan biasanya berlangsung lebih lama, lebih menyebabkan saling pukul dan teriak, dan lebih mudah merembet ke masalah lain. Maka, tidaklah mengherankan bahwa penyebab utama perceraian di Amerika Serikat adalah perselisihan soal uang.

Utang yang berlebihan juga menimbulkan risiko kesehatan, seperti insomnia, sakit kepala, sakit perut, serangan jantung, dan depresi. Seorang istri bernama Marta menceritakan, ”Suami saya, Luís mengalami depresi karena masalah utang sampai-sampai ia tidur terus. Pria yang selama ini saya andalkan menjadi tidak berdaya.” Bagi beberapa orang, tekanannya terlalu berat. Misalnya, BBC News melaporkan bahwa seorang istri di India Tenggara bunuh diri karena terlambat membayar pinjaman yang jumlahnya sama dengan 840 dolar AS. Ia meminjam uang itu untuk biaya perawatan medis anak-anaknya.

 Bagaimana jika keluarga Anda mengalami ketegangan akibat utang? Mari kita bahas beberapa tantangan yang umumnya dihadapi pasangan yang memiliki utang yang bisa membantu Anda mengatasinya.
TANTANGAN 1: Kami saling menyalahkan.

”Saya menuduh istri saya boros,” kata Lukas, ”sedangkan dia mengeluh bahwa kami bisa punya cukup uang jika saya memiliki pekerjaan tetap.” Bagaimana agar utang tidak sampai merenggangkan hubungan suami istri?
Kunci sukses: Bekerja sama melawan utang.
Melampiaskan kemarahan kepada teman hidup tidak akan membantu—sekalipun memang bukan Anda yang berutang. Lawanlah utang, bukan teman hidup. Seorang suami bernama Stefanos menceritakan bagaimana ia dan istrinya bekerja sama, ”Kami menganggap utang sebagai musuh bersama. Daripada bertindak lancang dan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri, bahaslah masalah keuangan dengan terus terang lalu bertindaklah dengan kompak.

Anak-anak bisa diikutsertakan. Seorang ayah di Argentina bernama Edgardo menceritakan pengalaman keluarganya, ”Anak saya yang masih kecil ingin punya sepeda baru, tapi kami menjelaskan mengapa kami tidak mampu membelinya. Jadi, kami memberinya sepeda milik kakeknya, dan anak kami sangat senang mengendarainya. Saya merasakan manfaatnya bekerja sama sebagai satu keluarga.”

COBALAH INI: Atur waktu untuk berbicara tentang utang secara terus terang dan tenang. Akui kesalahan apa pun yang mungkin Anda lakukan. Ketimbang berfokus pada masa lalu, cobalah untuk menyepakati prinsip-prinsip yang akan membimbing keputusan keuangan di masa depan
TANTANGAN 2: Sepertinya mustahil keluar dari utang.

”Saya meminjam uang dalam jumlah besar untuk membangun bisnis saya; utang itu bertambah parah karena krisis keuangan di Argentina,” kenang Enrique. ”Kemudian, istri saya harus dioperasi. Sepertinya mustahil keluar dari utang; saya merasa terperangkap dalam sarang laba-laba.” Seorang pria bernama Roberto, di Brasil, kehilangan semua tabungannya dalam suatu bisnis dan berutang kepada 12 bank. Ia mengatakan, ”Saking malunya, saya hampir tidak berani bertemu dengan teman-teman. Saya merasa seperti pecundang.”

Apa yang bisa Anda lakukan apabila dilanda perasaan minder, bersalah, atau malu karena utang Anda?
Kunci sukses: Kendalikan keuangan Anda.

 *

1. Analisis anggaran belanja Anda. Catat semua uang yang keluar dan masuk selama dua minggu—atau sebulan, jika itu lebih praktis. Catat juga pengeluaran yang tidak sering, misalnya pajak, asuransi, atau pakaian, dan hitung rata-rata per bulannya.

2. Tingkatkan pendapatan. Anda bisa bekerja lembur, melakukan pekerjaan musiman, memberi les, atau menjadikan hobi Anda sebuah bisnis. Hati-hati: Jangan biarkan pekerjaan menghalangi kegiatan yang lebih penting, seperti rutin rohani.

Sebagai keluarga, carilah cara praktis mengatasi utang

3. Kurangi pengeluaran. Belilah barang yang Anda butuhkan, bukan hanya karena barang itu sedang didiskon. Berikut beberapa saran tambahan.

    Rumah: Jika mungkin, pindahlah ke rumah yang cicilan bulanannya lebih rendah. Kurangi  biaya rutin dengan menghemat listrik, air, dan gas.
    Makanan: Bawa bekal daripada membeli makanan. Belanjalah di toko yang menjual dengan harga grosir dan manfaatkan tawaran dengan harga khusus. ”Saya bisa membeli buah dan sayuran lebih murah di pasar tepat sebelum mereka tutup,” kata Selma, di Brasil.
    Transportasi: Jual kendaraan yang tidak diperlukan, dan rawat kendaraan yang Anda miliki daripada menukarnya dengan yang baru. Gunakan angkutan umum, atau berjalan kaki sebisa mungkin.

Setelah mengurangi pengeluaran, Anda siap memanfaatkan uang yang ada dengan sebaik-baiknya.

4. Analisis utang dan ambil tindakan. Pertama-tama, untuk setiap utang, pastikan suku bunganya, biaya tambahan, penalti akibat terlambat atau gagal membayar, dan kemungkinan adanya tagihan yang sudah jatuh tempo. Cermati pernyataan pada dokumen pinjaman atau tagihan, karena kreditor adakalanya licik. Misalnya, salah satu jasa pinjaman jangka-pendek di Amerika Serikat menyatakan bahwa suku bunganya 24 persen, padahal sebenarnya lebih dari 400 persen.

Berikutnya, tentukan urutan pembayaran utang. Salah satu caranya adalah terlebih dahulu membayar utang yang bunganya paling tinggi. Cara lainnya adalah terlebih dahulu melunasi utang yang lebih kecil, karena dengan lebih sedikit tagihan yang datang setiap bulan, Anda akan lebih percaya diri. Apabila Anda memiliki utang dengan suku bunga yang tinggi, mungkin Anda bisa memanfaatkan pinjaman baru yang suku bunganya lebih rendah untuk melunasi utang yang ada.

Akhirnya, jika Anda tidak bisa memenuhi kewajiban, cobalah bernegosiasi dengan kreditor mengenai rencana pembayaran yang baru. Anda bisa meminta perpanjangan waktu atau suku bunga yang lebih rendah. Beberapa kreditor mungkin mau mengurangi jumlah utang Anda, jika Anda mau melunasinya sekaligus sekarang. Bersikaplah jujur dan sopan saat menjelaskan keadaan keuangan Anda. Semua kesepakatan hendaknya dibuat tertulis. Sekalipun permohonan pertama Anda tidak berhasil, hendaklah gigih meminta kelonggaran kalau perlu.

Tentu saja, Anda harus realistis dalam mengelola keuangan. Bahkan rencana terbaik bisa gagal disebabkan hal-hal yang tidak bisa Anda kendalikan, karena uang sering kali ”bersayap seperti burung elang lalu terbang ke langit”.

COBALAH INI: Sesudah Anda membuat anggaran awal, diskusikan caranya seluruh keluarga bisa mengurangi pengeluaran atau meningkatkan penghasilan. Dengan melihat pengorbanan yang dibuat oleh setiap anggota keluarga, kalian akan lebih bersatu untuk melawan utang.
  TANTANGAN 3: Utang menguras pikiran.

Perjuangan mengatasi utang bisa membuat aspek kehidupan lain yang lebih penting terbengkalai. Seperti yang dinyatakan seorang pria bernama Georgios, ”Masalah terbesarnya adalah seluruh kehidupan kami terpusat pada utang. Hal-hal yang seharusnya diprioritaskan menjadi terabaikan.”
Kunci sukses: Milikilah pandangan yang seimbang tentang uang.

Walaupun sudah berusaha sebisanya, Anda mungkin tetap harus membayar utang selama bertahun-tahun. Sementara itu, Anda bisa memilih untuk menyesuaikan sudut pandang Anda. Daripada terobsesi dengan uang.

Perasaan puas membawa kebahagiaan yang tidak bisa dibeli dengan kekayaan

Jika merasa cukup dengan keadaan keuangan Anda, Anda dapat ”memastikan perkara-perkara yang lebih penting”. ”Perkara-perkara yang lebih penting” ini mencakup persahabatan Anda dengan Allah dan keluarga. Georgios, yang dikutip di atas, mengatakan, ”Walaupun utang kami belum sepenuhnya lunas, hal itu tidak lagi menjadi pusat perhatian kami. Sekarang, perkawinan kami lebih bahagia karena kami menggunakan lebih banyak waktu bersama anak-anak, dengan satu sama lain, dan dalam kegiatan rohani.”

COBALAH INI: Buatlah daftar hal-hal yang paling berharga untuk Anda, yang tidak bisa dibeli dengan uang. Berikutnya, tentukan caranya meningkatkan waktu dan tenaga untuk setiap hal dalam daftar tadi.

Masalah utang menimbulkan stres, dan untuk mengatasinya dituntut pengorbanan, tetapi hasilnya tidaklah sia-sia. Seorang suami bernama Andre di Polandia mengakui, ”Sewaktu saya tahu bahwa istri saya menjadi penjamin atas pinjaman besar untuk teman sekerjanya yang kemudian menghilang tanpa membayar, suasana di rumah kami menjadi sangat tegang.” Saat mengenang cara mereka mengatasi hal itu, ia mengatakan, ”Kami malah semakin kompak—bukan karena problem itu, melainkan karena bekerja sama untuk menyelesaikannya.”

10 Trik mengatasi masalah keuangan dalam rumah tangga



Merdeka.com - Uang adalah salah satu alasan terbesar yang menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga. Tak jarang pernikahan yang buyar gara-gara masalah keuangan. Masalah keuangan juga bukan hal mudah untuk dijelaskan. Namun jangan khawatir, The Stir (26/12) memiliki beberapa tips untuk mengatasi masalah keuangan dalam rumah tangga, berikut ini.

   


 1. Terbuka
Hal pertama yang harus dilakukan untuk menghindari keuangan adalah bersikap terbuka. Baik pasangan sama-sama mencari uang atau hanya salah satu saja yang menghasilkan uang, seharusnya tak ada yang disembunyikan masalah pengeluaran. Selalu diskusikan semua keputusan yang menyangkut keuangan, seperti pengeluaran, pemasukan, tabungan, dan lainnya.

2. Buat kesepakatan
Sebelum menghabiskan uang Anda, ada baiknya untuk membuat aturan yang disepakati bersama. Misalkan menentukan berapa persen yang harus ditabung, berapa budget yang digunakan untuk membayar tagihan, dan lainnya.

3. Tentukan tujuan jangka panjang
Dalam hal keuangan, Anda juga harus cermat dan bijak dalam melihat masa depan. Tentukan beberapa hal di masa depan yang membutuhkan banyak uang. Misalkan biaya pendidikan anak, liburan, dan lainnya. Ini akan membantu Anda menyimpan uang dan tak kewalahan ketika saatnya tiba.

4. Menabung
Anda tak harus menabung banyak di bank, namun sediakan tabungan kecil di rumah yang bisa Anda isi setiap minggu. Mungkin terdengar remeh, namun uang yang terkumpul bisa jadi sangat berguna saat dibutuhkan.

5. Tabungan bersama
Sebenarnya tak masalah Anda akan menggunakan tabungan bersama atau pribadi. Namun sebelum memutuskan, ada baiknya Anda waspada dengan risiko dan pengaruhnya. Ada baiknya Anda juga berdiskusi dengan pasangan masalah ini, karena hal ini juga disesuaikan dengan sifat pasangan.

6. Melacak pengeluaran
Sebelum membagi-bagi uang, ada baiknya Anda mulai melacak pengeluaran Anda sehari-hari. Ini sangat berguna jika dilakukan sejak awal pernikahan, karena Anda bisa mengira-ngira berapa pengeluaran rumah tangga setiap bulan. Hal ini juga membantu Anda mengetahui apakah Anda terlalu boros atau hemat.

7. Membuat anggaran yang realistis
Pastikan anggaran Anda realistis dan bisa dikerjakan dengan baik. Jangan buat anggaran yang terlalu sedikit hingga Anda harus sangat berhemat dan tak bisa menikmati hidup. Jangan juga tetapkan anggaran yang terlalu longgar hingga membuat hidup Anda boros.

8. Sisihkan 'uang senang-senang'
Sisakan sedikit uang untuk hiburan atau bersenang. Jangan banyak-banyak agar tidak terlalu boros. Anda bisa menggunakan uang tersebut untuk makan malam bersama, nonton film, atau membeli sesuatu untuk keluarga. Anggap saja uang ini adalah sebuah reward atas kerja keras Anda dan pasangan.

9. Rapat keuangan
Lakukan pertemuan atau rapat dengan pasangan untuk membicarakan masalah keuangan. Ini bisa dilakukan setiap minggu atau bulan. Meski namanya rapat, namun lakukanlah dengan suasana senang. dan jangan terlalu serius.

10. Bekerjasama untuk mengatur keuangan
Pastikan Anda dan pasangan saling bekerjasama untuk mengatur keuangan. Jangan terlalu mendominasi atau malah pasif jika berkaitan dengan pengeluaran atau pengaturan keuangan. Mungkin awalnya akan canggung, namun jika dibiasakan Anda akan mendapatkan manfaat mengatur keuangan sebagai tim bersama pasangan.

Nah, jangan takut lagi menghadapi masalah keuangan dalam rumah tangga. Sepuluh trik di atas bisa membantu Anda mengatasinya.
 
Blogger Templates