Thursday, 23 November 2017

"NULUNGAN ANJING KA GENCET"



Peribahasa sunda, Nulungan Anjing Kagencet memiliki arti kurang lebih yakni berniat menolong seseorang untuk bangkit dari ketertinggalan, namun setelah yang bersangkutan diberi jalan dan ditolong malah menyelakakan orang yang menolong dan orang tersebut pun susahnya makin kentara. Peristiwa tadi mungkin bisa jadi banyak ditemukan di tengah lingkungan kita. Diawali oleh rasa empati terhadap seseorang terhadap menjalani hidup yang penuh dengan kebersahajaan dan keterbatasan ekonomi ingin rasanya memberikan sesuatu yang akan memperbaiki derajat kehidupannya.
Perspektif kita sebagai orang yang berniat menolong atau membantu memberikan nilai kepercayaan, hingga tidak ada ruang dalam sangkaan untuk berburuk sangka. Dengan kondisi memiliki keturunan yang banyak namun bisa bertahan hingga menyekolahkan anak-anaknya hingga Sekolah Menegah Atas. Setiap kata yang keluar kita anggap adalah kebenaran dan kita percayai itu, sehingga ketika ada niat yang tulus dan didasari tekad yang kuat untuk memperbaiki keadaan social dan ekonomi keluarga berdiskusi terhadap peluang menjemput rejeki yang sudah ada didepan mata.
Sebagai kawan yang tentunya memiliki permasalahan tersendiri, tidak memiliki kapasitas permodalan sekalipun ingin rasanya membantu dan merespon peluang yang diceritakan, karena dengan keterbatasan permodalan kita hanya bisa menyambungkan dan menghubungkan dengan pemilik modal. Alhasil terjadilah kesepakatan kerjasama antara pemodal dan pengelola dan kita pun dalam akad kerjasama hanya sebagai pihak ketiga yang tentunya tidak mungkin terlibat langsung mengingat memiliki kesibukan sendiri dalam menghadapai dinamika kita.
Sebelum kesepakatan ditandatangani, kita memastikan bisnis yang akan digarap itu memiliki nilai resiko yang minimal bahkan tidak ada resiko (Zero Risk), namun karena nilai kepercayaan yang kuat sehingga kita mempercayakan sepenuhnya kepada pengelola. Seiring berjalannya bisnis yag digarap ternyata jauh dari ekspektasi yang diharapkan, banyak hal yang belum dipelajari, sehingga ketika hambatan terjadi hingga tidak bisa menanggulangi. Ihwal kemacetan diawal, kita sebagai pihak ketiga yang mereferensikan ingin menjaga nama baik pengelola sehingga kewajiban pengelola kepada pemilik modal bisa berjalan beberapa waktu dan beberapa bulan bahkan.
Dengan argument yang meyakinkan dan memberikan harapan yang terus berlangsung sampai akhirnya kita sebagai peng back-up sementara akhirnya kewalahan untuk menutupi kewajiban pengelola. Pengelola ternyata menutupi dan kurang mempelajari variable-variabel dari bisnis yang digarap sehingga masalah menjadi bola salju dan liar. Kita sama sekali tidak menyangka ternyata kapasitas pengelola belum siap menghadapi hambatan awal yang justru menghancurkan bisnis yang baru dibangun. Semakin sering berinteraksi dengan pengelola semakin mengenal karakter sesungguhnya tentang menyikapi terhadap masalah.
Pemilik modal memiliki kegalauan yang sangat tinggi sampai akhirnya tidak mampu menyelamatkan dana yang ada di pengelola sampai akhirnya pemilik modal mengejar kita (yang sebetulnya kapasitas kita hanya sebagai penghubung). Pemilik modal mengejar kita untuk mengembalikan modal mulai dengan cara halus, sedang hingga kasar. Pengelola terus memberikan harapan-harapan dengan argument yang sangat manis, argument-argumen yang di sampaikan ternyata tak satu pun terealisasi.
Kejadian tersebut diatas sangat banyak ditemukan, sehingga bisa merusak tatanan hidup bermuamalah baik dalam keluarga mau pun dengan kawan yang mengetahui kasus tersebut dengan berbagai perspektifnya. Dengan sendirinya kualitas hidup pun kian merosot, hidup menjadi tidak produktif sama halnya tersiksa seperti memiliki hutang menurut ajaran islam “Siang merasa terhina, malam gundah gulana”.
Tips untuk menjaga bisnis aman dan langgeung, diantaranya sebagai berikut: Upayakan ada Visi dan Misi yang jelas dan kongkrit dalam menjalankan bisnis, jika akan melibatkan investor wajib dibuatkan target re-invesment (pengembalian modal dalam waktu tertentu), hindari tawaran yang menggiurkan namun kita kurang menguasai bahkan jika menguasai tapi tidak memiliki waktu untuk supervise sebaiknya hindari, jangan coba-coba memulai bisnis yang kita sendiri tidak memiliki passion (bakat) dalam bisnis yang akan digarap, focus dalam bekerja tidak banyak menunda, semangat bisnis dipelihara dan yang terakhir yang paling dominan adalah perbaiki ibadah secara kualitas dan kuantitas, berdo’a dan meminta restu dan do’a dari orang terdekat kita yang utama adalah do’a dari orang tua dan keluarga….

Wallahu’alam


1 comment:

 
Blogger Templates