Peribahasa
sunda, Nulungan Anjing Kagencet memiliki arti kurang lebih yakni berniat
menolong seseorang untuk bangkit dari ketertinggalan, namun setelah yang
bersangkutan diberi jalan dan ditolong malah menyelakakan orang yang menolong
dan orang tersebut pun susahnya makin kentara. Peristiwa tadi mungkin bisa jadi
banyak ditemukan di tengah lingkungan kita. Diawali oleh rasa empati terhadap
seseorang terhadap menjalani hidup yang penuh dengan kebersahajaan dan
keterbatasan ekonomi ingin rasanya memberikan sesuatu yang akan memperbaiki
derajat kehidupannya.
Perspektif kita
sebagai orang yang berniat menolong atau membantu memberikan nilai kepercayaan,
hingga tidak ada ruang dalam sangkaan untuk berburuk sangka. Dengan kondisi
memiliki keturunan yang banyak namun bisa bertahan hingga menyekolahkan
anak-anaknya hingga Sekolah Menegah Atas. Setiap kata yang keluar kita anggap
adalah kebenaran dan kita percayai itu, sehingga ketika ada niat yang tulus dan
didasari tekad yang kuat untuk memperbaiki keadaan social dan ekonomi keluarga
berdiskusi terhadap peluang menjemput rejeki yang sudah ada didepan mata.
Sebagai kawan
yang tentunya memiliki permasalahan tersendiri, tidak memiliki kapasitas
permodalan sekalipun ingin rasanya membantu dan merespon peluang yang
diceritakan, karena dengan keterbatasan permodalan kita hanya bisa
menyambungkan dan menghubungkan dengan pemilik modal. Alhasil terjadilah
kesepakatan kerjasama antara pemodal dan pengelola dan kita pun dalam akad
kerjasama hanya sebagai pihak ketiga yang tentunya tidak mungkin terlibat
langsung mengingat memiliki kesibukan sendiri dalam menghadapai dinamika kita.
Sebelum
kesepakatan ditandatangani, kita memastikan bisnis yang akan digarap itu
memiliki nilai resiko yang minimal bahkan tidak ada resiko (Zero Risk),
namun karena nilai kepercayaan yang kuat sehingga kita mempercayakan sepenuhnya
kepada pengelola. Seiring berjalannya bisnis yag digarap ternyata jauh dari
ekspektasi yang diharapkan, banyak hal yang belum dipelajari, sehingga ketika
hambatan terjadi hingga tidak bisa menanggulangi. Ihwal kemacetan diawal, kita
sebagai pihak ketiga yang mereferensikan ingin menjaga nama baik pengelola
sehingga kewajiban pengelola kepada pemilik modal bisa berjalan beberapa waktu
dan beberapa bulan bahkan.
Dengan argument
yang meyakinkan dan memberikan harapan yang terus berlangsung sampai akhirnya
kita sebagai peng back-up sementara akhirnya kewalahan untuk menutupi kewajiban
pengelola. Pengelola ternyata menutupi dan kurang mempelajari variable-variabel
dari bisnis yang digarap sehingga masalah menjadi bola salju dan liar. Kita
sama sekali tidak menyangka ternyata kapasitas pengelola belum siap menghadapi
hambatan awal yang justru menghancurkan bisnis yang baru dibangun. Semakin
sering berinteraksi dengan pengelola semakin mengenal karakter sesungguhnya
tentang menyikapi terhadap masalah.
Pemilik modal
memiliki kegalauan yang sangat tinggi sampai akhirnya tidak mampu menyelamatkan
dana yang ada di pengelola sampai akhirnya pemilik modal mengejar kita (yang
sebetulnya kapasitas kita hanya sebagai penghubung). Pemilik modal mengejar
kita untuk mengembalikan modal mulai dengan cara halus, sedang hingga kasar.
Pengelola terus memberikan harapan-harapan dengan argument yang sangat manis,
argument-argumen yang di sampaikan ternyata tak satu pun terealisasi.
Kejadian tersebut
diatas sangat banyak ditemukan, sehingga bisa merusak tatanan hidup bermuamalah
baik dalam keluarga mau pun dengan kawan yang mengetahui kasus tersebut dengan
berbagai perspektifnya. Dengan sendirinya kualitas hidup pun kian merosot,
hidup menjadi tidak produktif sama halnya tersiksa seperti memiliki hutang
menurut ajaran islam “Siang merasa
terhina, malam gundah gulana”.
Tips untuk
menjaga bisnis aman dan langgeung, diantaranya sebagai berikut: Upayakan ada
Visi dan Misi yang jelas dan kongkrit dalam menjalankan bisnis, jika akan
melibatkan investor wajib dibuatkan target re-invesment (pengembalian modal
dalam waktu tertentu), hindari tawaran yang menggiurkan namun kita kurang
menguasai bahkan jika menguasai tapi tidak memiliki waktu untuk supervise sebaiknya
hindari, jangan coba-coba memulai bisnis yang kita sendiri tidak memiliki passion
(bakat) dalam bisnis yang akan digarap, focus dalam bekerja tidak banyak
menunda, semangat bisnis dipelihara dan yang terakhir yang paling dominan
adalah perbaiki ibadah secara kualitas dan kuantitas, berdo’a dan meminta restu
dan do’a dari orang terdekat kita yang utama adalah do’a dari orang tua dan
keluarga….
Wallahu’alam
masyaAllah a, bisa langsung kesini a,
ReplyDeleteNulungan Studio atau kesini juga boleh a Nulungan