Kini kita berada di akhir Dzulhijjah, yang juga merupakan penghujung
tahun 1435 H. Nanti malam kita akan memasuki bulan Muharam, yang juga
menandai pergantian tahun dari 1435 H menuju 1436 H.
Momentum Muharram sungguh sangat berharga untuk kita lewatkan, olehnya
mari kita sejenak mengkaji Keutamaan Bulan Muharram yang disebutkan
dalam Al-Quran maupun Al-Hadits. Diantara keuatamaan bulan Muharram
adalah:
(1) Bulan Muharam merupakan salah satu "Bulan Haram".
Allah SWT berfirman :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي
كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ
أَنْفُسَكُمْ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, (QS.
At-Taubah : 36)
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa ada dua belas : mulai dari bulan
Muharam yang insya Allah akan tiba besuk malam, hingga bulan Dzulhijjah.
Diantara dua belas bulan itu ada empat bulan haram yaitu bulan
Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab.
Ashurul haram (bulan haram), termasuk bulan Muharam ini adalah bulan
yang dimuliakan Allah SWT. Bulan-bulan itu memiliki kesucian, dan
karenanya menjadi bulan pilihan. Diantara bentuk kesucian dan kemuliaan
bulan-bulan itu adalah kaum muslimin dilarang berperang, kecuali
terpaksa; jika diserang oleh kaum kafir. Kaum muslimin juga diingatkan
agar lebih menjauhi perbuatan aniaya pada bulan itu.
Dalam menafsirkan ayat ini, Imam At-Thabari dalam Tafsirnya mengutip
atsar dari Ibnu Abbas r.a. : "Allah menjadikan bulan-bulan ini sebagai
bulan-bulan suci, mengagungkan kehormatannya dan menjadikan dosa yang
dilakukan pada bulan ini menjadi lebih besar dan menjadikan amal shalih
pada bulan ini juga lebih besar."
(2) Keutamaan kedua dari bulan Muharam adalah nilai historis bulan ini sebagai "Bulan Hijrah".
Yang seharusnya kaum muslimin mengambil semangat hijrah itu dalam kehidupannya.
Sungguh, hijrah merupakan perjuangan monumental yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka rela meninggalkan segala
harta, termasuk rumah dan perabotnya, menuju Yatsrib yang kemudian
dikenal sebagai Madinah. Mereka rela meninggalkan tanah air menuju tanah
yang tidak jelas peluang bisnis maupun ladang pekerjaan di sana. Bahkan
lebih dari itu, dengan hijrah tidak sedikit para sahabat yang
mempertaruhkan nyawa mereka. Termasuk Rasulullah SAW dan Abu Bakar, yang
dikejar dan diburu hidup atau mati.
Tanpa hijrah, mungkin tidak ada peradaban Islam yang dimulai Rasulullah
dari Madinah. Tanpa hijrah, mungkin tidak akan ada kemenangan demi
kemenangan yang diraih Rasulullah dan para sahabatnya hingga mampu
memfutuhkan Makkah dan menyebarkan Islam ke seluruh jazirah Arab. Hingga
sekarang Islam dipeluk oleh lebih dari 1,2 milyar penduduk bumi.
Karena itulah, ketika Umar bin Khatab hendak menentukan tahun baru
Islam, beliau memilih Muharam sebagai bulan pertama. Hijrah yang diambil
sebagai titik tolak peradaban Islam. Maka kalender Islam pun disebut
sebagai kalender hijriyah.
Lalu bagaimana kita mengambil ibrah dari peristiwa hijrah yang terjadi
pada bulan Muharam 1433 tahun yang lalu? Sedangkan Rasulullah telah
mensabdakan,
لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ
Tidak ada hijrah setelah futuhnya Makkah (HR. Bukhari)
Perlu diketahui, bahwa maksud hadits Rasulullah SAW itu adalah, tidak
lagi wajib hijrah dari Makkah ke Madinah setelah futuhnya Makkah. Karena
tidak ada kewajiban untuk hijrah dari negeri Muslim.
Hijrah yang dituntut Islam bagi ummatnya adalah hijrah maknawi, semangat hijrah seperti sabda Rasulullah SAW:
الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
"Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah." (HR. Bukhari)
Inilah hakikat hijrah, inilah semangat hijrah, dan inilah kesempatan
bagi setiap muslim: hijrah adalah meninggalkan larangan Allah SWT. Maka
ketika kita berusaha beralih dari kemaksiatan menuju ketaatan, itu
adalah hijrah. Ketika kita berusaha meninggalkan kezaliman menuju
keadilan, itu adalah hijrah. Ketika kita berusaha mengubah hidup kita
dari kejelekan menjadi kebaikan, itu adalah hijrah.
(3) Kemuliaan ketiga dari bulan Muharam adalah, disunnahkannya "Puasa Tasu'a dan Ayura" pada bulan itu.
Bahkan puasa tasu'a dan asyura serta puasa sunnah lainnya (senin kamis,
ayamul bidh, puasa daud), nilainya menjadi puasa yang paling mulia
setelah Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yang paling mulia setelah puasa Ramadhan adalah (berpuasa) di bulan Allah, Muharam. (HR. Muslim)
Secara khusus, Rasulullah SAW menyebutkan keutamaan puasa asyura dalam sabdanya :
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Rasulullah ditanya mengenai puasa asyura, beliau menjawab, "ia bisa menghapus dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim)
Sedangkan mengenai puasa tasu'a, Rasulullah berazam untuk
menjalankannya, meskipun beliau tidak sempat menunaikan karena wafat
sebelum Muharam tiba. Lalu para sahabatnya menjalankan puasa tasu'a
seperti keinginan Rasulullah SAW :
إذا كان العام المقبل صمنا يوم التاسع
Apabila tahun depan (kita masih diberi umur panjang), kita akan berpuasa
pada hari tasu'a (kesemblan). (HR. As-Suyuthi dari Ibnu Abbas,
dishahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami')
Demikian sebagian dari keutamaan bulan Muharam, semoga kita dimudahkan
Allah SWT untuk mengambil ibrah dan menggapai keutamaan itu.
Selamat Menyambut Tahun Baru Islam 1436 H
*berbagai sumber