Monday, 3 November 2014

Jangan Buruk Sangka Dulu Masbroo....

Di suatu pagi hari dalam ruang rapat yang begitu tampak serius, dipimpin langsung oleh pimpinan tertinggi perusahaan. Pimpinan rapat pun mempresentasikan beraneka ragam masalah yang terjadi di perusahaan sehingga menghambat pertumbuhan perusahaan. Tiba-tiba dari salah seorang peserta menguap sebut saja Ridwan namanya dihadapan peserta lainnya, seluruh peserta pun menoleh dan memperhatikan ke arah Ridwan. Sang bos pun, yang merangkap sebagai pimpinan rapat menggeleng-gelengkan kepala dan menegur Ridwan dengan berkata “Saya kecewa sekali dengan anda, anda nampaknya kurang peduli dengan rapat yang serius ini!”. Ridwan langsung menunduk dan berwajah pucat, lalu ia berkata lirih “Maaf saya menyampaikan sesuatu. Saya seharusnya tidak bisa ikut rapat ini, tetapi mengingat rapat ini sangat penting,saya mencoba hadir”. Matanya berkaca-kaca “anak saya tadi malam mengalami kecelakaan. Saat ini sedang dirawat di ICCU rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Jadi semalam saya tidak bisa tidur”. Semua peserta langsung tertunduk. Mereka terjerumus prasangka, paradigma, atau belenggu pikiran, yang menganggap jika ada peserta rapat menguap ditengah rapat diartikan orang tersebut tidak antusias. Sebuah prasangka negatif.
Rapat kemudian dilanjutkan, kali ini materinya membahas proses produksi dan pelayanan yang lambat, hal ini memang lumrah bisa terjadi di perusahaan manapun. Tidak sesuainya target yang telah ditentukan. Hal ini mengakibatkan banyak complain dari pelanggan. Pada saat rapat berlangsung, terdapat dua kubu yang bertentangan. Kubu departemen keuangan melawan kubu operasional. Kubu keuangan menganggap bagian operasional hanya menghabisan biaya saja. Sedangkan bagian operasional menganggap bahwa bagian keuangan tidak tahu menahu operasional perusahaan. Hal ini memang tidak dikemukakan ditengah rapat tersebut. Tetapi Bahasa negative yang tidak terucap terasa kental disana. Hal tersebut pernah pula mereka ungkapkan secara tidak sadar di luar rapat. Mereka terperangkap dalam prasangka yang buruk masing-masing. Akibat dari kejadian tersebut mereka saling menahan informasi penting, bersikap defensive, tidak mau bantu membantu, dan kemampuan terbaik pun sulit muncul (performa menurun). Hal ini telah meerugikan semua pihak khususnya perusahaan yang selama ini setiap departemen yang berhubungan interaksinya hanya didasari oleh Standard Operating Procedure baku dan kaku. Tidak ada landasan saling percaya, inilah masalah utama yang mengakibatkan menurunnya kinerja perusahaan, akibatnya hilang kepercayaan pelanggan.
Sebuah contoh lain,ada sesorang sebut saja SW pada suatu ketika SW ditawari oleh seorang kawannya yang berprofesi supir taksi agar bisa membeli taksi karena memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Mulanya SW meraasa curiga dan berpikir “Jangan-jangan saya akan ditipu”, namun demikian SW mengambil langkah yang mengejutkan. Ia membeli taksi tersebut dan sekaligus memberikan kesempatan kepada supir taksi tersebut untuk menjalankan taksi tersebut, dengan catatan sang supir taksi tersebut membayar uang setoran Rp 100.000,- per hari sementara rata-rata setoran saat itu Rp 165.000,-. SW mengatakan bahwa hitungan satu bulan adalah 30 hari, satu hari adalah milik sang supir alias bebas setor. Mobil boleh dibawa pulang, tapi perawatan seluruhnya merupakan tanggung jawab sang supir. Satu bulan kemudian sang supir datang ke rumah SW dengan taksinya sambal memperlihatkan uang segepok uang tunai dan berseru”Lihat, saya sekarang sudah punya tabungan segini banyaknya!”. Selanjutnya bisnis itu berjalan lancer dan maju. Sungguh sebuah pekerjaan yang betul-betul dilandasi dengan kepercayaan dan prasangka yang baik akan menghasilkan sebuah hasil yang baik pula.
Tindakan seseorang sangat bergantung dengan alam pikirannya maasing-masing. Setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih responnya sendiri-sendiri. Ia bertanggung jawab atas sikap yang ditimbulkan dari pikirannya sendiri. Andalah “Raja” dari pikiran anda sendiri. Bukan lingkungan sekeliling anda, namun lingkungan ikut serta berperan dalam mempengaruhi cara berikir seseorang. Bila lingkungannya pahit maka ia pun menjadi pahit, selalu curiga dan seringkali berprasangka negative kepada orang lain. Pikiran negative ini akan semakin bertambah dan kian menguat ketika system informasi maju. Dan media seperti internet, televise, media cetak dan seterusnya yang terus memborbardir pikirannya dengan berita-berita tentang kriminalitas (penipuan, pembunuhan, perampokan, dan lain-lain) yang akhirnya terpengaruh, ia menjadi orang yang selalu berprasangka buruk dan curiga kepada orang lain. Prasangka buruk akan mangakibatkan orang menjadi bersikap difensif dan tertutup, karena beranggapan bahwa orang lain adalah musuh yang berbahaya. Cenderung menahan informasi dan tidak mau bekerjasama. Akibatnya justru ia sendiri yang akan mengalami kerugian, seperti turunnya kinerja, tidak mampu melakukan sinergi dengan orang lain, peluang-peluang emas yang terlewatkan atau bahkan tersingkir ditengah pergaulan sosialnya. Baginya orang lain adalah musuh berbahaya. Padahal sebenarnya “pikirannyalah” musuh yang lebih berbahaya.
Sebaliknya orang yang memiliki prinsip akan lebih mampu melindungi pikirannya. Ia mampu memilih respon positif ditengah lingkungan paling buruk sekalipun. Ia akan tetap berpikir positif dan selalu berprasangka baik pada orang lain. Ia akan tetap berpikir positif dan berprasangka baik pada orang lain, ia menciptakan lingkungannya untuk saling percaya, saling mendukung, bersikap terbuka dan kooperatif.
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah terlalu banyak sangka menyangka. Sungguh, sebagian prasangaan adalah dosa. Janganlah saling memata-matai dan janganlah saling memfitnah…” (QS 49:12)
“janganlah kamu berdiri seperti orang-orang asing yang mau saling diagungkan” (hadits Rasul SAW)
 Yuk..saatnya kita selalu berbaik sangka biar mendapatkan performa yang terbaik
*berbagai sumber

No comments:

Post a Comment

 
Blogger Templates