Monday, 29 September 2014

Bolehkah Mengupah Jagal Dengan Kepala Kaki dan Kulit Hewan Qurban?


Assalamu 'alaikum wr. wb.

Mohon kesediaan ustadz untuk menjelaskan tentang hukum mengupah jagal dengan kepala, kulit dan kaki dari hewan yang disembelih.

Hal itu mengingat bahwa panitia penyembelihan hewan qurban di kompek saya sejak dulu sudah terbiasa mengupah jagal dengan bagian tubuh hewan, seperti kepala, kulit dan kaki.

Pertanyaan saya sebagai berikut :

1. Apakah hal itu dibolehkan dalam syariah Islam? Mohon dalil dan penjelasannya, dan adakah khilafiyah dalam hal ini?
2. Kalau tidak dibolehkan, lalu dari mana uang untuk upah para jagal ini?
3. Bagaimana mengubah praktek yang terlanjur keliru ini biar tidak menimbulkan pergesekan dan keributan internal? Sebab sebagian panitia tetap bersikukuh dengan kebolehannya

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih dan jazakallahu khairal jaza'

Wassalam

Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Profesi sebagai jagal atau jazzar tentu harus dihargai jasanya. Sebab kalau tidak ada jagal, kita orang-orang yang awam dan tidak paham urusan menyembelih hewan akan mendapatkan kesulitan.

Walaupun mungkin dikerjakan bersama-sama dalam satu team, tetapi tetap saja akan kerepotan. Sebab kerja menyembelih hewan itu butuh keterampilan dan keahlian tertentu dari orang yang sehari-harinya memang bekerja sebagai jagal.

Maka sebagaimana kita saksikan, walaupun suatu panitia penyembelihan hewan qurban terdiri dari banyak personal, tetap saja mereka butuh jagal yang profesional untuk mengerjakannya.

A. Memberi Upah Buat Jagal : Boleh Bahkan Harus
Dan untuk jasanya itu, para jagal ini bukan sekedar pantas menerima upah, tetapi justru wajib diberi upah yang sepadan sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya. Sebab mereka telah bekerja dengan mengerahkan tenaga dan waktunya, maka wajib bagi panitia atau orang yang memakai jasa jagal untuk memberi mereka upah atas keringatnya.

Untuk itu sejak awal harus sudah ada kesepakatan antara panitia dan jagal tentang berapa tarif yang dia minta. Juga harus secara tegas disebutkan, apakah tugas jagal itu hanya sebatas merobohkan hewan dan menyembelih saja, ataukah diteruskan dengan menguliti, memotong, mencincang, hingga menimbang dan memasukkannya ke kantong-kantong siap untuk didistribusikan.

Termasuk apakah panitia akan memberi makan dan minum, ataukan jagal itu sendiri yang dengan uangnya akan menyiapkan makan dan minumnya.

B. Diharamkan Upah Dari Bagian Tubuh Hewan

Yang jadi masalah bukan tidak boleh memberi jagal upah atas kerja mereka. Tetapi yang haram adalah mengupah para jagal dari bagian tubuh hewan yang telah disembelih untuk qurban. Biasanya kepala sapi dan kambing itulah yang dijadikan alat pembayaran buat para jagal, termasuk juga kulit, kaki, jeroan dan seterusnya.

Memang dari pada dibuang, kepala, kaki, kulit dan lainnya punya nilai tersendiri. Lalu kadang panitia secara seenaknya memberikan semua itu sebagai 'jatah' buat para jagal. Dan oleh karena para jagal ini sudah dipastikan akan dapat 'jatah' yang ternyata punya nilai jual itu, maka mereka rela tidak diupah, atau setidaknya merendahkan tarif upah, asalkan bagian dari tubuh hewan itu jadi hak mereka.

Biasanya pemberian kepala, kaki dan kulit itu memang bukan semata-mata upah buat jagal, tetapi fungsinya sebagai 'tambahan' dari kekurangan upah.

Para jagal biasanya memberikan dua penawaran. Misalnya, kalau mereka dijanjikan akan diberi jatah kepala, kaki dan kulit, maka tarif upah mereka bisa lebih rendah. Sedangkan bila mereka tidak diberi jatah semua itu, tarifnya lebih mahal dan profesional.

Dengan dua tawaran ini, biasanya panitia tidak ambil pusing, ambil saja penawaran yang pertama, yaitu upah tidak perlu terlalu mahal, karena kepala, kulit dan kaki bisa dijadikan 'tambahan' pembayaran upah.

Padahal nyata sekali bahwa walaupun cuma kepada, kaki dan kulit, yang memang bisa saja dibuang begitu saja, namun ketika dijadikan 'bagian' atau 'tambahan' dari upah, hukumnya sama saja dengan upah itu sendiri.

C. Dalil Larangan Upah Jagal Dari Bagian Tubuh Hewan

Larangan memberi upah buat jagal yang diambilkan dari bagian tubuh hewan jelas dan nyata serta valid.

1. Dalil Pertama : Hadits Larangan Mengupah Jagal

Haditsnya diriwayatkan oleh ‘Ali bin Abi Thalib,dimana beliau di masa lalu pernah berperan seperti 'panitia' penyembelihan hewan qurban seperti di masa kita sekarang ini.

Beliau saat itu juga menyewa jagal profesional dan memberikan upah yang layak, namun bukan diambilkan dari tubuh hewan itu. Beliau mengupah dengan uang yang diambilkan dari sumber lainnya.

أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لاَ أُعْطِىَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ : نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا

Rasulullah SAW memerintahkanku untuk mengurusi unta-unta qurban beliau. Aku mensedekahkan daging, kulit, dan jilalnya (kulit yang ditaruh pada punggung unta untuk melindungi dari dingin). Aku tidak memberi sesuatu pun dari hasil sembelihan qurban kepada tukang jagal. Beliau bersabda, “Kami akan memberi upah kepada tukang jagal dari uang kami sendiri”. (HR. Muslim)

Dari hadits ini, An-Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa tidak dibolehkan untuk memberi tukang jagal yang diambilkan dari sebagian hasil sembelihan qurban sebagai upah baginya. Pendapat ini juga didukung oleh pendapat para ulama Syafi’iyahlainnya, dan juga menjadi pendapat Atha’, An-Nakha'i, Imam Malik, Imam Ahmad dan Ishaq.

2. Dalil Larangan Menjual Kulit Hewan Qurban

Dalil keharaman lainnya adalah dalil umum tentang haramnya menjual daging hewan qurban berikut ini :

مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَتِهِ فَلاَ أُضْحِيَّةَ لَهُ
Orang yang menjual kulit hewan qurban, maka tidak ada qurban baginya. (HR Al-Hakim)

Hadits ini menyebutkan haramnya menjual kulit hewan qurban. Maka mengupah jagal dengan kulit atau bagian tubuh lainnya hukumnya haram. Sebab sama saja seperti kita menjualnya kepada pihak lain.
D. Pendapat Yang Membolehkan

Namun kalau kita cari-cari dalam litetur tentang adakah perbedaan pendapat dalam larangan mengupah jagal in, ternyata memang bisa kita temukan.

Ternyata ada satu pendapat ulama yang membolehkan memberikan upah kepada tukang jagal dengan kulit, yaitu Al-Hasan Al-Bashri, yang merupakan sosok tabi'in di masa lalu. Beliau mengatakan, “Boleh memberi jagal upah dengan kulit.”

Namun pendapat ini tentu tidak diterima oleh banyak ulama. Salah satunya Al-Imam An-Nawawi.  Beliau menyanggah pernyataan Al-Hasan Al-Bashri tersebut dan mengomentari bahwa perkataan beliau ini telah membuang sunnah.

E. Alternatif Sumber Upah

Karena mengupah jagal itu wajib, tetapi haram hukumnya kalau diambilkan dari tubuh hewan, maka panitia dalam hal ini bisa mencari sumber dana yang lain, misalnya :

1. Dari Pemilik Hewan

Yang paling mudah dan masuk akal, upah jagal diperoleh dari uang biaya penyembelihan yang memang sejak awal dikenakan kepada pemilik hewan qurban.

Dari tiap hewan kambing yang diminta disembelihkan, pemilik hewan dikenakan biaya khusus penyembelihan di luar harga hewan, misalnya sebesar 50 ribu atau 100 ribu rupiah.
2. Dari Keuntungan Jual Hewan

Dan bisa juga dana untuk upah jagal diambilkan dari hasil keuntungan menjual hewan qurban. Sebab panitia yang menyediakan hewan qurban memang dibenarkan mengambil untuk dari tiap hewan.

Bisa ditawarkan kambing dengan harga 2 juta dengan rentang berat sekian kilo hingga sekian kilo. Panitia tentu membeli kambing dari sumbernya tidak dengan harga 2 juta, tetapi di bawah itu, misalnya 1,5 - 1,7 juta. Ada keuntungan 200 hingga 300 per ekor. Keuntungan 'jual' kambing ini adalah keuntungan yang halal dan sah.

Maka dari situlah dana untuk upah jagal diambilkan dan tidak boleh diambilkan dari tubuh hewan.

3. Dari Kas Masjid

Kalau kebetulan pengurus masjid juga menjadi panitia penyembelihan hewan qurban, atas persetujuan dari jamaah masjid itu, boleh saja dana upah buat jagal diambilkan dari uang kas masjid.

Hal itu mengingat kerja panitia penyembelihan hewan qurban dijadikan bagian dari program kerja masjid. Maka wajar kalau sejak awal memang sudah dianggarkan dari uang kas masjid.

Tentu saja penggunaan dana kas masjid untuk mengupah jagal ini harus disepakati dulu sejak awal, agar jelas dasar hukumnya dan tidak dianggap sebagai kebocoran atau pengkhianatan pengurus dalam penggunaan uang kas masjid.

F. Mengubah Kebiasaan Panitia dan Pengurus

Kalau ada panitia penyembelihan hewan qurban atau pengurus masjid yang suka bertengkar dan berbeda pendapat, tentu hal itu sudah biasa terjadi. Bahkan secara bercanda sering disebutkan bahwa pertengkaran itu termasuk bagian dari visi misi dan program kerja unggulan dari pengurus.

Kalau ditanya, pengurus punya program kerja apa? Jawabnya mudah saja : bertengkar dan berselisih pendapat secara internal. Waduh . . .

Tentu kita tidak ingin kerja pengurus hanya bertengkar dan bertengkar saja, walau pun memang pada kenyataannya yang terjadi sering begitu. Berselisih sudah seperti wiridan pagi dan petang.

Maka jalan keluarnya, tidak salah kalau pengurus mengundang ulama dan ahli syariah yang benar-benar menguasai dan membidangi masalah qurban ini. Lalu kita duduk dulu bersama dan mengaji secara benar dari sumber yang paten dan valid. Kita buka ayat Al-Quran, kita bedah isi hadits Rasulullah SAW, dan kita kaji fatwa dan penjelasan para ulama di dalamnya.

Toh, biar bagaimanapun pada dasarnya penyelenggaran penyembelihan hewan qurban ini pada hakikatnya adalah pengamalan dari ilmu yang kita dapat dari pengajian. Maka seharusnya kita mengaji dulu dengan benar, baru kemudian beramal dan bertindak.

Semangat menjalankan program kerja tentu harus dihargai, tetapi sebelum semuanya dilakukan, tentu akan menjadi lebih berkah lagi bila dilandasi dengan ilmu pengetahuan syariah dan fiqih yang mendalam.

Salah satu saran saya, ketika pembentukan panitia penyembelihan itu dibentuk, maka yang harus dilakukan justru bikin acara pelatihan dan kajian fiqih terlebih dahulu, khususnya untuk membahas fiqih qurban. Materinya cukup banyak dan luas, karena bisa juga termasuk bagaimana tata cara penyembelihan yang syar'i, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilanggar.

Semoga ke depan kita bisa beribadah dengan pahala plus, karena ibadah kita bukan didasarkan pada ikut-ikutan, tetapi karena memang kita punya ilmunya.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc., MA

Wednesday, 24 September 2014

Mencintai diri sendiri, salahkah?

Akhirnya Mbah Maridjan meninggal dunia. Ia tak kuasa menahan hantaman panas asap Merapi. Ketika ditemukan, ia berada dalam posisi bersujud. Apakah ini sebuah lambang kesetiaan atau semata-mata kebodohan?
Kepada banyak orang yang menanyakan hal ini kepada saya – baik dalam berbagai seminar dan pelatihan maupun dalam percakapan ringan sehari-hari – saya selalu mengatakan bahwa saya tidak memihak kedua “teori” tersebut. Bagi saya, pilihan yang diambil Mbah Maridjan bukanlah karena kebodohannya, tetapi karena keyakinan yang mendalam mengenai arti cinta dan kesetiaan. Baginya, kesetiaan harus ditunjukkan dengan keberanian menanggung risiko apa pun, termasuk kematian. Bukankah ia telah mendapatkan mandat dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjaga Merapi dalam kondisi apa pun?
Jadi, itulah makna cinta dan kesetiaan yang dipahami Mbah Maridjan. Persoalannya, apakah ini makna cinta yang benar? Apakah cinta harus ditunjukkan dengan mengorbankan diri sendiri ketika pilihan untuk menyelamatkan diri terbuka demikian lebar? Lantas, apakah mengorbankan diri sendiri ini membawa manfaat bagi orang banyak? Ataukah jangan-jangan, tindakan ini justru menginspirasi orang lain untuk mempertahankan diri dan mati bersama-sama di sana?
Saya membayangkan seandainya Sri Sultan Hamengkubuwono IX masih hidup, dialah yang akan “memaksa” Mbah Maridjan untuk segera mengungsi. Dialah yang justru akan mengingatkan Mbah Maridjan bahwa tindakan bertahan bukanlah sebuah perwujudan rasa kasih. Kasih bukanlah sesuatu yang buta. Kasih bukanlah kesetiaan tanpa berpikir. Kasih bukanlah melawan hukum fisika dan memilih bertahan hidup di tengah kondisi sepanas apa pun. Kasih bukanlah berarti mengorbankan diri sendiri dengan percuma.
Kasih sesungguhnya adalah sebuah tindakan yang selalu dimulai dengan mengasihi diri sendiri. Bahkan, mengasihi diri sendiri sesungguhnya adalah dasar untuk mengasihi orang lain. Ketika Mbah Maridjan berpikir bahwa ia mengasihi orang lain dengan mengorbankan dirinya sendiri, sesungguhnya tindakan tersebut justru menyulitkannya untuk berlaku kasih. Bagaimana mungkin ia bisa mengasihi orang lain kalau ia telah kehilangan nyawanya sendiri? Bukankah hidupnya akan lebih bermanfaat bila ia menyelamatkan dirinya sendiri untuk kemudian menyelamatkan orang lain?
Kesalahan terbesar dalam memahami kasih adalah asumsi bahwa mencintai diri sendiri itu tidak penting. Bahwa mencintai diri sendiri adalah sebuah bentuk keegoisan. Dan bahwa kita harus mencintai orang lain di atas diri kita sendiri. Konsep ini sering dianggap sebagai konsep yang indah dan mulia. Namun, saya ingin mengatakan bahwa konsep ini keliru dan bahkan akan menyulitkan tindakan kasih itu sendiri. Bukan hanya itu, konsep ini justru bertentangan dengan hukum alam mengenai kasih.
Mencintai diri sendiri sama sekali tidak bertentangan dengan kasih bila kita mencintai dan mementingkan diri kita agar kita dapat lebih mementingkan orang lain. Seorang pilot perlu mengasihi dirinya sendiri dengan cara menjaga kesehatannya, tidur yang cukup, dan makan makanan yang bergizi. Ini penting agar si pilot dapat melayani semua orang dalam penerbangannya dengan lebih baik. Mengurangi istirahat karena kesibukan kerja yang begitu tinggi malah akan membahayakan keselamatan seluruh penumpang.
Seorang ibu yang kurang beristirahat justru akan mengurangi kemampuannya untuk merawat anaknya dengan penuh kasih sayang. Bukankah di dalam pesawat juga selalu dikatakan bahwa orang tua yang ingin menolong anaknya memakai masker haruslah memakai masker terlebih dulu? Coba bayangkan kalau si orang tua belum memakai masker tetapi sudah menolong anaknya. Bisa jadi, ia malah gagal menyelamatkan anak dan dirinya sendiri.
Sebagai fasilitator dan pembicara publik, saya juga sangat menjaga kesehatan saya jasmani dan rohani. Di tengah berbagai kesibukan saya selalu mementingkan makan yang baik, istirahat yang cukup dan waktu untuk berolah raga. Apakah tindakan mementingkan diri sendiri seperti ini bertentangan dengan kasih? Sama sekali tidak. Justru dengan mementingkan diri sendiri ini, saya selalu berada dalam kondisi segar dan bugar sehingga dapat melayani para klien saya dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa dan raga. Bukankah akan sulit bagi saya untuk melayani orang lain kalau saya sendiri tidak merasa segar dan bugar?
Jadi, dalam cinta berlaku rumus: mencintai diri sendiri mendahului mencintai orang lain. Karena itu, orang yang mencintai orang lain sebelum mencintai dirinya akan sulit melaksanakan cintanya. Karena, bagaimana mungkin kita bisa memberikan tenaga kepada orang lain kalau kita sendiri tak bertenaga?
Tentu saja, ada di dunia ini orang-orang yang kita sebut egois dan mementingkan diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang mencintai dirinya semata-mata untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain.
Ketika Anda tidak mau beranjak dari televisi, padahal anak Anda sedang butuh ditemani, maka Anda disebut orang yang egois. Ketika Anda tidak mau beranjak dari tempat tidur padahal ada tetangga yang berada dalam kondisi darurat dan membutuhkan bantuan, Anda disebut egois. Ketika wakil rakyat kita memilih untuk berjalan-jalan ke luar negeri, menghambur-hamburkan uang rakyat, padahal kita sedang dilanda duka cita yang mendalam karena bencana Merapi dan Mentawai, itulah tindakan yang egois dan sangat bertentangan dengan cinta.
Namun, kalau kita mementingkan diri sendiri agar bisa melayani orang lain dengan lebih baik, itu adalah tindakan yang mulia, sebuah perwujudan rasa cinta dan kesetiaan.
Saya membayangkan Mbah Maridjan akan mengambil langkah yang berbeda seandainya ia pernah mendengar penyanyi favorit saya George Benson melantunkan syair The Greatest Love of All: “Learning to love yourself… is the greatest love of all.”
Seandainya saja. * * *
Arvan Pradiansyah

Saturday, 20 September 2014

Pemerintah diharapkan jamin ketersediaan dokter dan bidan


Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) diharapkan mampu memberikan jaminan ketersediaan dokter di Puskesmas dan bidan desa, sehingga terwujud kualitas dan pemerataan kesehatan masyarakat.
Asisten Deputi Urusan Sumber Daya Kesehatan, Kementerian Pembangunan Daerah Tertingal, dr Hanibal Hamidi mengatakan hal itu pada Seminar "Catatan Kritis Jokowi-Jk langkah strategis Revolusi Mental" di Jakarta, Rabu.
Dia menyatakan, persoalan kesehatan di Indonesia bukan hanya memastikan pelayan pengobatan pada saat rakyat sakit, tetapi yang lebih penting lagi adalah meningkatkan angka harapan hidup dan tetap sehat.
"Pembangunan kesehatan adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif," ujarnya.
Menurut dr Hanibal yang juga Ketua Pokja Perdesaan Sehat itu bahwa Kartu Indonesia Sehat adalah keinginan Presiden terpilih Jokowi menjamin rakyat Indonesia tidak hanya diobati pada waktu sakit, tetapi juga panjang umur dan tetap sehat minimal sama dengan penduduk negara ASEAN lainnya.
Sedangkan proporsi tenaga kesehatan berdasarkan jumlah penduduk atau kebutuhan fasilitas kesehatan diatas kertas mendekati kondisi ideal, fakta dilapangan bahwa distribusi tenaga kesehatan belum merata.
Dia menambahkan, saat ini di kota-kota besar jumlah dokter bidan dan perawatnya berlebih, sedangkan di perdesaan, daerah terpencil, tertinggal tidak ada tenaga kesehatan.
"Tidak ada dan tidak berfungsinya dokter puskesmas dan bidan desa sesuai Ketetapan Kemenkes jangan diharapkan terjadi peningkatan kualitas kesehatan," katanya.
Untuk itu dr Hanibal menyarakan, harus ada kebijakan yang cukup kuat dan konsisten dari Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan untuk memastikan ketersedian dan berfungsinya dokter puskesmas dan bidan desa.(*)
Editor: Tasrief Tarmizi

Wednesday, 17 September 2014

Kepemilikan Asing pada Asuransi Umum Sampai 49 Persen




TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Ahmad Fauzie Darwis, mengusulkan pembatasan kepemilikan asing sampai dengan 49 persen dari perusahaan industri Asuransi Umum.
“Jika ditanya regulator kami menghendaki 49 persen pembatasan saham asing dalam industri Asuransi Umum,” ujarnya di Jakarta, Selasa, (16/09/ 2014)
Batasan maksimal 49 persen tersebut menurutnya, untuk menampung banyaknya pemodal lokal yang ingin terjun ke bisnis asuransi dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) indonesia dalam industri Asuransi Umum.
"Perusahaan asuransi umum milik nasional masih menguasai 84 persen pangsa pasar Asuransi Umum. Batasan tersebut maka kepentingan nasional masih terjaga baik," katanya.
Angka itu tambahnya sudah mengacu pada batasan minimum kepemilikan asing disebuah industri oleh asing berdasarkan kesepakatan WTO (Word Trade Organization).
Pemerintah sendiri masih membolehkan kepemilikan asing pada sebuah perusahaan asuransi lokal maksimal 80 persen.
Wacana pembatasan kepemilikan asing tersebut mengemuka dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perasuransian. Namun pemerintah tidak mengatakan besaran pasti dari ketentuan pembatasan saham asing tersebut.

Monday, 15 September 2014

Ternyata Emas Sebagai Simbol perlawanan Terhadap Mata Uang Kertas (5)

Kita seharusnya dengan penuh kesungguhan mulai menggunakan kembali emas dan perak sebagai mata uang, bukan dollar, rupiah, dan sebagainya. Di Amerika Serikat saja, sejumlah warganegaranya telah lama aktif mengkampanyekan kembali penggunaan emas dan perak sebagai mata uang sejati (Liberty Dollar). Pelan tapi pasti, dunia akan kembali mempergunakan mata uang sejati ini. Mudah-mudahan kita tidak terlambat.

Saya jarang membaca koran atau majalah. Paling-paling hanya headlinenya saja. Dan beberapa minggu lalu muncul hal baru yang menjadi headline berjudul Visi 2030. Intinya ialah pendapatan perkapita, GDP Indonesia akan mencapai $18.000 (delapan belas ribu US dollar) per tahun dan Indonesia menjadi ekonomi dunia ke 5. Kemudian heboh antara SBY dan Amin Rais dalam kasus dana sumbangan pemilihan presiden. Hal ini membuat saya tergelitik untuk menulis opini ini, sekalian untuk menyambut ulang tahun lahirnya Pancasila, yang dengungnya sudah pudar. Saya juga ingin mengungkapkan kejahatan-legal yang berkaitan dengan kemakmuran dan tidak pernah diungkapkan di media massa.

Dalam masalah kemakmuran GDP $18.000 per kapita, saya skeptis. Sebabnya ialah sepanjang hidup saya, dengan pergantian tiga (3) jaman, yaitu jaman Orde Lama Sukarno, Orde Baru Pembangunan Lepas Landas Suharto, dan jaman Reformasi Otonomi Daerah, kemakmuran tidak beranjak kemana-mana, bahkan turun. Saya juga skeptis terhadap adanya perbaikan karena pergantian kabinet yang baru saja terjadi. Hal ini karena data ekonomi mengatakan demikian dan itu akan kita lihat dalam seri tulisan ini.

Mengenai Visi 2030 butir pertama, bahwa GDP $18.000 per kapita mungkin bisa tercapai. Tetapi GDP $18.000 per kapita tidak identik dengan kemakmuran. Artinya, tingkat hidup dan tingkat kemakmuran bangsa Indonesia tidak akan beranjak kemana-mana dengan kenaikan dari $1.490 GDP per kapita saat ini ke $18.000 di tahun 2030. Sedang untuk butir kedua - ekonomi nomer 5 dunia, saya tidak yakin bisa tercapai.

Saya akan jelaskan berdasarkan sejarah dan akal sehat, kenapa saya skeptis. Saya hidup di tiga (3) jaman yaitu Jaman Orde Lama (Orla), Orde Baru (Orba) dan Jaman Reformasi. Jadi saya betul-betul mengenal ketiga jaman itu. Jaman sebelumnya juga akan disinggung yaitu Jaman Normal (itu istilah nenek kakek kita). Tetapi dasarnya hanya cerita para orang-orang tua saja dan untuk hal ini pembaca boleh dipercaya atau tidak.

Sebelum melanjutkan kepada inti cerita, ada baiknya pembaca dikenalkan dengan jenis-jenis mata uang rupiah yang pernah beredar di republik ini dan kurs antar mata uang ini:
1. Rupiah ORI (Oeang Repoeblik Indonesia - Rp ORI)
2. Rupiah setelah Gunting Sjafruddin - GS, (Rp 5 GS = Rp 10 ORI)
3. Rupiah Orde Lama (Rp 1 Orla = Rp 10 GS)
4. Rupiah Orde Baru (Rp 1 Orba = Rp 1000 Orla)

Untuk mata uang jaman Belanda untuk mudahnya disebut rupiah kolonial, gulden. Kurs uang jaman Normal (jaman Penjajahan) tidak sederhana karena ada selingan jaman Jepang yang pendek dan kemudian ada NICA (pemerintahan Belanda pendudukan). Tetapi hal itu tidak perlu dirisaukan karena ada tolok ukur tandingan akan kita gunakan sebagai ukuran kemakmuran, yaitu uang sejati, yang disebut emas.

Saya katakan uang sejati karena, jika Anda beragama seperti Islam atau Kristen, maka hanya emas dan perak saja yang disebut dalam kitab suci kedua agama tersebut.  Quran hanya menyebut Dinar (uang emas) di surat Kahfi dan Dirham (perak) di surat Yusuf. Dan fulus tidak akan pernah dijumpai di Quran. Demikian di Perjanjian Lama, akan Anda jumpai banyak cerita emas dan perak sebagai uang.

Sumber:
http://www.berilmu.com/web/cari-ilmu/
http://www.eramuslim.com

Ternyata Emas Sebagai Simbol Perlawanan Terhadap Mata Uang Kertas (4)

Si pembunuh Lincoln. Dickles Booth, berhubungan dengan seorang agen Rothschild di Amerika. Booth sendiri tertangkap dan dihukum, sedangkan pihak Konspirasi tetap aman. Akibat gejolak politik yang berawal dari kepentingan ekonomi, pada 1913 para bankers AS menyatakan telah terjadi kekurangan mata uang di Amerika. Oleh sebab itu, pemerintah Amerika tidak bisa menerbitkan mata uang lagi karena semua emas cadangannya telah terpakai.

Agar ada tambahan sirkulasi uang, sekelompok orang kemudian mendirikan satu bank yang dinamakan "The Federal Reserve Bank of New York", yang kemudian menjual stock yang dimiliki dan dibeli oleh mereka sendiri senilai US$ 450.000.000 melalui bank-bank yakni: Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of Berlin, Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam (Keluarga Warburg mengontrol German Reichsbank bersama Keluarga Rothschild), Israel Moses Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman & Sach of New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan Bank of New York, serta Kuhn & Loeb Bank of New York.

Karena bank-bank tersebut mempunyai cadangan emas yang besar, maka bank tersebut dapat mengeluarkan mata uang yang dengan jaminan emas tersebut dan mata uang tersebut disebut "Federal Reserve Notes". Bentuknya sama dengan mata uang Amerika dan masing-masing dapat saling tukar.

Untuk membayar bunga, pemerintah Amerika menciptakan income-tax. Jadi sebenarnya warganegara Amerika membayar bunga kepada Federal Reserve. Income tax dimulai tahun 1913, pada tahun yang sama Federal Reserve Bank didirikan. Seluruh income tax yang terkumpul dibayarkan ke Federal Reserve sebagai bunga atas pinjaman.

Awal tahun 1929, Federal Reserve berhenti menerima uang emas sebagai bayaran. Yang berlaku hanya "uang resmi". Federal Reserve mulai menarik uang kertas yang dijamin emas dari sirkulasi dan menggantinya dengan "uang resmi".

Sebelum tahun 1929 berakhir, ekonomi Amerika mengalami malapetaka (dikenal dengan masa "Great Depression"). Tahun 1931, Presiden Amerika Hoover mengumumkan kekurangan budget sebesar US$902.000.000. Tahun 1932 Amerika menjual emas senilai US$750.000.000 yang digunakan untuk menjamin mata uang Amerika.

Ini sama dengan "penjualan likuidasi" sebuah perusahaan bermasalah. Emas yang dijual ini dibeli dengan potongan (discount rates) oleh bank internasional/bank asing (persis keadaannya seperti di Indonesia sekarang ini), dan pembelinya adalah pemilik Federal Reserve di New York.

Roosevelt melakukan serangkaian keputusan untuk melakukan reorganisasi pemerintahan Amerika sebagai suatu perusahaan. Perusahaan ini kemudian mengalami kebangkrutan. Amerika bangkrut karena tidak bisa membayar bunganya akibat berhutang kepada Federal Reserve.

Akibat bangkrutnya Amerika, maka bank-bank yang merupakan pemilik Federal Reserve sekarang memiliki SELURUH Amerika, termasuk warganegaranya dan asset-assetnya. Negara Amerika bentuknya adalah anak perusahaan Federal Reserve. Tahun 1934 Roosevelt memerintahkan seluruh bank di Amerika untuk tutup selama satu minggu dan menarik emas dari seluruh warga AS dan juga mata uang yang diback-up emas dan menggantinya dengan "seolah-olah uang" (uang kartal) yang dicetak Federal Reserve. Tahun itu dikenang sebagai "Liburan Bank Nasional".

Warga AS Dilarang Memiliki Emas
Rakyat mulai menahan emasnya karena mereka tidak mau menggunakan kertas tak bernilai "seolah-olah uang". Karena itu Roosevelt pada tahun 1934 mengeluarkan perintah bahwa setiap warganegara dilarang memiliki emas, karena illegal. Para hamba hukum mulai melakukan penyelisikan pada orang-orang yang memiliki emas, dan segera menyitanya jika ditemukan. (Catatan: Pada saat itu rakyat yang ketakutan berbondong-bondong menukar emasnya dengan sertifikat/bond bertuliskan I.O.U yang ditandatangani oleh Morgenthau, Menteri Keuangan Amerika). Hal ini merupakan perampokan emas besar-besaran yang terjadi dalam sejarah umat manusia. Tahun 1976 Presiden Carter mencabut aturan ini.

Tahun 1963 Presiden Kennedy memerintahkan Departemen Keuangan Amerika untuk mencetak uang logam perak. Langkah ini mengakhiri kekuasaan Federal Reserve karena dengan memiliki uang sendiri, maka rakyat Amerika tidak perlu membayar bunga atas uangnya sendiri. Lima bulan setelah perintah itu dikeluarkan, Presiden Kennedy mati dibunuh.

Langkah pertama Presiden Johnson adalah membatalkan keputusan Presiden Kennedy dan memerintahkan Departemen Keuangan Amerika untuk menghentikan pencetakan mata uang perak sekaligus menarik mata uang perak dari peredaran untuk dimusnahkan.

Pada hari yang sama Kennedy dimakamkan, Federal Reserve Bank mengeluarkan uang "no promise" yang pertama. Uang ini tidak menjanjikan bahwa mereka akan membayar dalam mata uang yang sah secara hukum, tetapi mata uang ini merupakan alat pembayaran yang berlaku. Presiden Ronald Reagan merencanakan memperbaiki pemerintahan Amerika sesuai dengan aturan konstitusi.

Ia ditembak beberapa bulan kemudian oleh anak dari teman dekatnya, Wakil Presiden George Bush. Reagan tidak mengeluarkan perintah baru dan pada tahun 1987 untuk melaksanakannya namun perintah tersebut tidak ditanggapi oleh pemerintah Amerika. Tahun 1993, James Traficant dalam pidatonya yang terkenal di Parlemen mengutuk sistem Federal Reserve sebagai suatu penipuan besar-besaran.

Tak lama setelah itu ia menjadi korban penyelidikan korupsi sekali pun tidak ada tuntutan kepadanya selama bertahun-tahun. Pada tahun 2002, Traficant akhirnya entah bagaimana terbukti SECARA HUKUM korupsi. (konspirasikah?)
Ia mengatakan bahwa saksi-saksi yang melawan dia semuanya dipaksa untuk berbohong. Ia juga mengeluh karena tidak diperkenankan menghubungi semua orang yang menyelidikinya, sebagai saksi. Karena kebusukan sistem The Federal Reserve, Henry Ford pernah berkata, "Barangkali ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui asal-usul uang, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok pagi akan timbul revolusi."
Demikian sejarah kebusukan sistem mata uang kertas.

Ternyata Emas Sebagai Simbol Perlawanan Terhadap Mata Uang Kertas (3)

Pada prinsipnya, sistem yang mendewakan uang kartal adalah sistem penipuan terhadap masyarakat banyak. Secara sederhana, sistem ini bisa digambarkan sebagai mencetak sebanyak-banyaknya uang kartal (uang simbol yang sesungguhnya tidak memiliki nilai sama sekali) dan mengguyurnya ke tengah masyarakat. Di lain pihak dalam waktu bersamaan, pengelola atau pengusaha yang mencetak uang kartal itu menarik sebanyak-banyaknya batangan emas ke pihaknya dari masyarakat luas. Jadi mereka menukar uang kartal yang sama sekali tidak ada harganya dengan batangan-batangan emas.

Sejarah Dollar AS
Sejarah uang kartal bisa kita lihat dengan sangat bagus dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat. Semua paparan di bawah ini terkait sejarah uang di AS dikutip dari buku “Knights Templar, Knights of Christ” (Pustaka Alkautsar, 2006).

Jauh sebelum AS terbentuk, para Mason telah berada di daratan ini. Ketika Amerika masih berupa 13 koloni Inggris, Benjamin Franklin mengunjungi London dan menemui sejumlah pemodal Yahudi di sana. Dalam pertemuan yang dicatat dalam Dokumen Senat AS halaman 98 butir 33, yang dilaporkan Robert L. Owen, Mantan Kepala Komisi Bank dan Keuangan Kongres AS, dilaporkan bahwa wakil-wakil perusahaan Rothschild di London menanyakan kepada Benjamin Franklin hal-hal apa saja yang bisa membuat perekonomian koloni Amerika itu bisa maju.

Franklin anggota Freemansonry Inggris itu menjawab, "Itu mudah. Kita akan cetak mata uang kita sendiri, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh industri yang kita miliki”. Rothschild segera saja mencium kesempatan besar untuk menangguk untung di koloni Inggris ini. Namun sebagai langkah awal, hak untuk mencetak uang sendiri bagi koloni di seberang lautan tersebut masih dilarang oleh Inggris yang sudah dikuasai Yahudi.

Amshell Mayer Rothschild sendiri saat itu masih sibuk di Jerman mengurus bisnisnya, yang salah satu cabang usahanya adalah mengorganisir tentara bayaran (The Mercenaries) Jerman bagi Inggris untuk menjaga koloni-koloni Inggris yang meluas melampaui Eropa. Usulan mencetak mata uang sendiri bagi Amerika, lepas dari sistem mata uang Inggris, akhirnya tiba di hadapan Rothschild. Setelah memperhitungkan segala laba yang akan bisa diperoleh, demikian pula dengan penguasaan politisnya, maka Rothschild akhirnya menganggukkan kepalanya. Dengan cepat lahirlah sebuah undang-undang yang memberi hak kepada pemerintah Inggris di koloni Amerika untuk mencetak mata uangnya sendiri bagi kepentingan koloninya tersebut. Seluruh asset koloni Amerika pun dikeluarkan dari Bank Sentral Inggris, sebagai pengembalian deposito sekaligus dengan bunganya yang dibayar dengan mata uang yang baru. Hal ini menimbulkan harapan baru di koloni Amerika. Tapi benarkah demikian?

Dalam jangka waktu setahun ternyata Bank Sentral Inggris - lewat pengaruh pemodal Yahudi menolak menerima pembayaran lebih dari 50% dari nilai mata uang Amerika, padahal ini dijamin oleh undang-undang yang baru. Dengan sendirinya, nilai tukar mata uang Amerika pun anjlok hingga setengahnya. "…Masa-masa makmur telah berakhir, dan berubah menjadi krisis ekonomi yang parah. Jalan-jalan di seluruh koloni tersebut kini tidak lagi aman," demikian paparan Benjamin Franklin yang tercatat dalam Dokumen Kongres AS nomor 23.

Belum cukup dengan itu, Pemerintah Pusat Inggris memberlakukan pajak tambahan kepada koloninya tersebut yakni yang dikenal sebagai Pajak Teh. Keadaan di koloni Amerika bertambah buruk. Kelaparan dan kekacauan terjadi di mana-mana. Ketidakpuasan rakyat berbaur dengan ambisi sejumlah politikus. Situasi makin genting. Dan tangan-tangan yang tak terlihat semakin memanaskan situasi ini untuk mengobarkan apa yang telah terjadi sebelumnya di Inggris dan Perancis: Revolusi.

Sejarah mencatat, bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris melawan pejuang kemerdekaan Amerika Serikat meletus pada 19 April 1775. Jenderal George Washington diangkat menjadi pimpinan kaum revolusioner. Selama revolusi berlangsung, Konspirasi Yahudi Internasional seperti biasa bermain di kedua belah pihak. Yang satu mendukung Inggris, memberikan utang dan senjata untuk memadamkan "pemberontakan kaum revolusioner", sedangkan satu pihak lagi mendukung kaum revolusioner dengan uang dan juga senjata. Tangan-tangan Konspirasi menyebabkan Inggris kalah dan pada 4 Juli 1776, sejumlah tokoh Amerika Serikat mendeklarasikan kemerdekaannya.

Merdeka secara politis ternyata tidak menjamin kemerdekaan penuh secara ekonomis. Kaum pemodal Yahudi dari Inggris masih saja merecoki pemerintahan yang baru saja terbentuk. Rothschild dan seluruh jaringannya tanpa lelah terus menyusupkan agen-agennya ke dalam tubuh Kongres. Dua orang agen mereka, Alexander Hamilton dan Robert Morris pada tahun 1783 berhasil mendirikan Bank Amerika (bukan bank sentral), sebagai "wakil" dari Bank Sentral Inggris. Melihat gelagat yang kurang baik, Kongres membatalkan wewenang Bank Amerika untuk mencetak uang. Pertarungan secara diam-diam ini berlangsung amat panas. Antara kelompok pemodal Yahudi dengan sejumlah tokoh Amerika, yang herannya banyak pula yang merupakan anggota Freemasonry, untuk menguasai perekonomian negara yang baru ini.

Thomas Jefferson menulis surat kepada John Adams, "Saya yakin sepenuhnya bahwa lembaga-lembaga keuangan ini lebih berbahaya bagi kemerdekaan kita daripada serbuan pasukan musuh. Lembaga keuangan itu juga telah melahirkan sekelompok aristokrat kaya yang kekuasaannya mengancam pemerintah. Menurut hemat saya, kita wajib meninjau hak mencetak mata uang bagi lembaga keuangan ini dan mengembalikan wewenang itu kepada rakyat Amerika sebagai pihak yang paling berhak."

Para pemodal Yahudi pun marah bukan main mengetahui surat ini. Nathan Rothschild secara pribadi mengancam Presiden Andrew Jackson akan menciptakan kondisi Amerika yang lebih parah dan krisis berkepanjangan. Tapi Presiden Jackson tidak gentar. “Anda sekalian tidak lain adalah kawanan perampok dan ular. Kami akan menghancurkan kalian, dan bersumpah akan menghancurkan kalian semua!”

Pemodal Yahudi benar-benar marah sehingga mendesak Inggris agar menyerbu Amerika dan terjadilah perang pada tahun 1816. William Guy Carr telah merinci kejadian demi kejadian ini dengan sangat bagus. Presiden Abraham Lincoln sendiri pada malam tanggal 14 April 1865 dibunuh oleh seorang Yahudi bernama John Dickles Booth. Konspirasi memerintahkan pembunuhan ini karena mengetahui bahwa Presiden Lincoln akan segera mengeluarkan sebuah undang-undang yang akan menyingkirkan hegemoni Konspirasi terhadap Amerika. Si pembunuh Lincoln, Dickles Booth, berhubungan dengan Yahuda B. Benjamin, seorang agen Rothschild di Amerika. Booth sendiri tertangkap dan dihukum, sedangkan pihak Konspirasi tetap aman.

Ternyata Emas Sebagai Simbol Perlawanan Terhadap Mata Uang Kertas (2)

Dinar dan dirham dikenal oleh orang Arab jauh sebelum Islam datang. Dalam aktivitas perdagangannya, para pedagang Arab ini berinteraksi dengan banyak bangsa. Saat pulang dari Syam, mereka membawa dinar emas Romawi (Byzantium), dan yang pulang dari Iraq, mereka membawa dirham perak Persia (Sassanid). Sering pula mereka membawa dirham Himyar dari Yaman.
Jika di tempat asalnya koin emas dan perak itu dinilai berdasarkan nilai nominalnya yang tercetak, namun tidak demikian yang dilakukan orang-orang Arab. Oleh para pedagang Arab, koin emas dan perak itu dinilai berdasarkan berat-ringannya, berdasarkan nilai intrinsiknya.
Mereka tidak menganggapnya sebagai mata yang dicetak, mengingat bentuk dan timbangan dirham yang tidak sama dan karena kemungkinan terjadinya penyusutan berat akibat peredarannya. Karena itu, untuk mencegah terjadinya penipuan, mereka lebih suka menggunakan standar timbangan khusus yang telah mereka miliki, yaitu auqiyah, nasy, nuwah, mitsqal, dirham, daniq, qirath, dan habbah. Mitsqal merupakan berat pokok yang sudah diketahui umum, yaitu setara dengan 22 qirath kurang satu habbah. Di kalangan mereka, berat 10 dirham sama dengan 7 mitsqal.
Setelah Islam datang, Nabi Muhammad "mengesahkan" bentuk perdagangan yang mempergunakan dinar Romawi dan dirham Persia. Beliau juga mengakui standar timbangan yang berlaku di kalangan kaum Quraisy untuk menimbang berat dinar dan dirham. Terkait hal ini, Rasulullah SAW bersabda, "Timbangan berat (wazan) adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran (mikyal) adalah takaran penduduk Madinah." (HR Abu Dawud dari An Nasa’i).
Dinar Romawi dan dirham Persia dilanjutkan di masa kepemimpinan empat khalifah sepeningggal Nabi Muhammad. Di tahun 20 Hijriah, tahun ke-8 kekhalifahan Umar, dicetak uang dirham baru berdasarkan pola dirham Persia. Berat, gambar, maupun tulisan Bahlawi-nya (huruf Persianya) tetap ada, hanya ditambah dengan lafaz yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, seperli lafaz "Bismillah" dan "Bismillahi Rabbi" yang terletak pada tepi lingkaran.
Di masa sepeninggal khalifah yang empat, Khalif Abdul Malik bin Marwan mencetak dirham khusus yang bercorak Islam, dengan lafaz-lafaz Islam yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi. Pola dirham Persia tidak dipakai lagi. Dua tahun kemudian, Abdul Malik bin Marwan mencetak dirham khusus yang bercorak Islam setelah meninggalkan pola dinar Romawi.
Lafaz-lafaz Islam yang tercetak itu misalnya kalimat "Allahu Akbar" dan "Allahu Baqa." Gambar manusia dan hewan tidak dipakai lagi. Dinar dan dirham ada yang satu sisinya diberi tulisan "La ilaaha illallah", sedang pada sisi sebaliknya terdapat tanggal pencetakan serta nama Khalifah atau Wali (Gubernur) yang memerintah pada saat pencetakan mata uang. Pencetakan yang belakangan memperkenalkan kalimat syahadat, shalawat Nabi, satu ayat Al-Quran, atau lafaz yang menggambarkan kebesaran Allah
Fakta ini terus berlanjut sepanjang sejarah Islam, hingga beberapa saat menjelang Perang Dunia I ketika dunia menghentikan penggunaan emas dan perak sebagai mata uang. Penggunaan mata uang diram dan dinar ini tentu saja dlakukan di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh kekhalifahan Islam yang kian lama kian susut. Hal ini berakhir ketika Pemerintahan Turki Utsmaniyah runtuh pada tahun 1924.
Sistem Ribawi
Riba atau istilah aslinya "Usury" merupakan sebuah sistem yang berasal dari zaman kegelapan. Di masa kejayaan Ordo Knights Templar di Eropa usai Perang Salib pertama (1099), ordo yang disahkan oleh Paus dan diberi hak istimewa untuk bisa memungut pajak di seluruh daerah kekuasaannya ini kemudian mendirikan sebuah lembaga simpan-pinjam yang entah secara kebetulan atau tidak diberi nama "Usury".
Para peziarah dari Eropa yang ingin berangkat ke Jerusalem membawa serta harta dan kekayaannya yang sangat banyak sebagai bekal, maka dengan adanya "Usury" ini, tiap peziarah Eropa yang ingin ke Jerusalem boleh menitipkan harta bendanya ke "Usury" di Eropa dan sebagai gantinya dia diberi secarik kertas sebagai kartu jaminan yang berisi kata-kata sandi, yang nantinya setibanya di Jerusalem bisa ditukarkan dengan uang dan yang diperlukannya dengan hanya menyerahkan kertas jaminan tersebut. Tentunya ordo ini sebagai penyelenggara "Usury" menarik keuntungan yang bersifat material.
Knights Templar sendiri dibentuk oleh Ordo Biarawan Sion, sebuah Ordo yang didirikan Godfroi de Bouillon, salah satu panglima pasukan salib yang oleh banak sejarawan Barat diduga kuat berasal dari kelompok Kabbalah. Kelompok ini terdiri dari tokoh-tokoh Yahudi-Kabbalis yang di kemudian hari berkumpul di rumah Sir Mayer Amschel Rotschilds di Judenstrasse, Bavaria, tahun 1773, guna merancang penguasaan dunia dan mendirikan The New Illuminati di bawah komando Adam Weishaupt. Dari sinilah The Federal Reserve dan jaringan perbankan dunia yang menyebarkan uang kartal berawal.

Ternyata Emas Sebagai Simbol Perlawanan Terhadap Mata Uang Kertas (1)

Ternyata apa yang kita namakan dengan mata uang sekarang ini Dollar, Yen, Rupiah, Poundsterling, Euro dan sebagainya pada hakikatnya hanya selembar kertas biasa (dan yang berbentuk koin juga koin biasa yang tak ada harganya) yang hanya menjadi "uang" karena adanya jaminan dari bank. Bank sendiri berani menjamin mata uang yang tak berharga tersebut karena memiliki cadangan devisa berupa emas dan perak.

Emas dan perak inilah yang sampai saat ini terus berupaya direbut dan ditimbun oleh Konspirasi Internasional dari tangan seluruh warga dunia, agar emas dan perak seluruh dunia berada di tangan mereka dan di tangan yang tidak tahu hanyalah selembar kertas tidak berharga yang dipakai sebagai alat transaksi. Keadaan ini akan sangat menguntungkan kaum Konspirasi Internasional yang bisa seenaknya memainkan nilai tukar mata uang tersebut sehingga masyarakat banyak bisa dikendalikan dengan mudah. Lantas, apa sebenarnya beda emas dan perak dengan mata uang-mata uang negara-negara dunia yang sekarang dicetak dari selembar kertas biasa?

Hebatnya Emas dan Perak
Berabad-abad silam, emas dan perak telah menjadi logam mulia yang diagungkan oleh banyak manusia. Bahkan emas dan perak, juga batu permata, telah dipergunakan oleh raja-raja, para sultan, para diktator, tiran sebagai bahan dasar pembuatan mahkota mereka.

Dua logam mulia tersebut  diciptakan bukan hanya sebagai alat pengukur nilai atau untuk menyimpan kekayaan (investasi), tetapi juga sebagai alat tukar (medium of exchange). Karena tingginya kedudukan emas dan perak inilah maka banyak kalangan menganggap kedua logam mulia tersebut sebagai Heaven’s Currency (Mata uang surga).

"Masyarakat kuno sudah menggunakan emas, perak, dan tembaga untuk transaksi ekonomi. Emas dan perak dipilih karena kelangkaan (rarity) dan warnanya yang indah. Dalam sejarah manusia, tak lebih dari 160.000 ton emas yang ditambang dari perut bumi. Sementara perak dan tembaga untuk memenuhi transaksi dengan nilai yang lebih rendah dari emas."

Dunia modern mengklasifikasikan logam-logam mulia tersebut dalam kolom yang sama. Tabel Periodik menempatkan emas, perak, dan tembaga (dengan simbol masing-masing Au, Ag, dan Cu) dalam kelompok yang sama yakni Golongan 11. Berbeda dengan kebanyakan logam lainnya, emas memiliki sifat yang sangat istimewa.

Emas dan Perak  tidak bisa diubah dengan bahan kimia apa pun. Archimedes (300 SM) membuktikan bahwa emas bisa dideteksi tanpa merusak dan hanya dengan menggunakan air tawar biasa. Karena bukan termasuk logam yang aktif maka emas tidak terpengaruh oleh air dan udara. Tidak seperti besi atau logam lainnya, emas tidak bisa berkarat.
Selain itu, emas juga termasuk logam yang sangat lunak. Bisa ditempa menjadi lempengan yang super tipis dan bisa juga ditempa menjadi kawat dengan ketebalan super mini. Bayangkan saja, satu ons emas bisa ditempa dengan luas seukuran 100 kaki persegi atau dibuat kawat sepanjang 50 mil.

Sementara emas juga dikenal sebagai logam mulia paling berat. Satu kaki kubik emas beratnya mencapai lebih dari setengah ton. Itulah sebabnya mengapa dalam sejarah manusia tidak pernah ada pencurian emas dalam skala besar karena untuk itu diperlukan alat berat untuk mengangkatnya.

Dalam sejarah manusia, penambangan emas dunia dari tahun ke tahun hanya mengalami kenaikan dua persen tiap tahunnya. Dalam setahun seluruh industri tambang emas dunia menghasilkan kira-kira 2.000 ton emas. Bandingkan dengan produksi baja AS sejak 1995 seperti yang dirilis Iron and Steel Institute yang bermarkas di Washington DC yang mencapai 10.500 ton perjamnya. Sebab itu, emas sungguh-sungguh logam yang sangat langka dan sangat stabil nilainya sejak awal sejarah manusia hingga kini.

Penggunaan emas dan perak sebagai mata uang sejati sesungguhnya telah dipergunakan berabad-abad yang lalu. Koin emas dalam sejarah dibuat pertama kalinya pada masa Raja Croesus dari Lydia, sebuah kerajaan kuno yang terletak di barat Anatolia, sekitar tahun 560 SM.

Sementara koin perak dibuat lebih dulu lagi yakni 140 tahun sebelum koin emas pertama dibuat, yaitu pada 700 SM, pada masa Raja Pheidon dari Argos, Yunani. Koin emas telah dipergunakan sebagai alat tukar di masa Kerajaan Romawi. Kaisar Julius Caesar mengenalkan aureus (berasal dari kata ‘aurum’ yang memiliki arti sebagai emas) sebagai standar penukaran di kerajaannya. Karena nilainya yang besar, aureus ini hanya dipergunakan sebagai alat pembayar utang. Aureus dibuat dari 99% emas murni dengan berat 8 gram. Namun ketika Nero menjabat sebagai kaisar, maka beratnya diturunkan menjadi 7,7 gram.

Bermula Dari Romawi dan Persia
Dinar dan Dirham dikenal oleh orang Arab jauh sebelum Uang kertas datang. Dalam aktivitas perdagangannya, para pedagang Arab ini berinteraksi dengan banyak bangsa. Saat pulang dari Syam, mereka membawa Dinar emas Romawi (Byzantium), dan yang pulang dari Iraq, mereka membawa Dirham perak Persia (Sassanid). Sering pula mereka membawa Dirham Himyar dari Yaman.

Fakta ini terus berlanjut sepanjang sejarah hingga beberapa saat menjelang Perang Dunia I, ketika dunia menghentikan penggunaan emas dan perak sebagai mata uang. Penggunaan mata uang emas dan perak ini kian lama kian susut. Dan berakhir ketika Kekhalifahan Turki Utsmaniyah runtuh pada tahun 1924.

Pendapatan Norman Kamaru Jadi Tukang Bubur Ternyata Menggiurkan


Memang ada yang menyatakan bahwa Norman salah jalan, sehingga tidak sedikit yang memandang sinis dengan umpatan yang beraneka rasa. “Gagal jadi artis, Norman jualan bubur untuk sambung hidup”, sebuah judul berita yang pernah ada di salah satu media.

Tapi tahukah Anda berapa keuntungan Norman dari jualan bubur? Hal inilah yang perlu dilihat, karena kebanyakan kita lebih kepada tampilan saja, padahal belum tentu tempilan bagus sehingga bagus juga isi dompetnya.

Dari hasil penelusuran Silontong, Sabtu (13/9/14) menemukan laporan bahwa pendapatan Norman dari jualan bubur cukup menggiurkan.

Diakui mantan anggota Brimob Polda Gorontalo itu, penghasilan yang didapatnya dari berjualan bubur dan makanan Manado relatif lumayan per harinya.

“Alhamdulillah, kalau kita hitung-hitung acak, 500 ribu rupiah sehari dikali 30 hari berapa? Itu contoh saja (pendapatan dari berjualan bubur),” ucap Norman saat ditemui di Studio Hanggar, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (11/9/2014) malam, dilansir liputan6.

Keuntungan lain yang didapat Norman dari idenya berjualan bubur, yakni bisa menambah jumlah langganan yang menyukai masakan khas Manado.

“Sejauh ini sih yang datang (ke kedai) lumayan yah, biasanya mereka juga suka pesan masakan Manado juga, suka minta dibuatkan masakan ini itu, jadi banyak kenal orang juga,” tegas Norman.

Membuka kedai makanan tak hanya dimanfaatkan Norman untuk meraup keuntungan semata. “Tapi juga menyalurkan hobi, karena sejak aku jadi polisi dulu, aku sudah terbiasa masak sendiri. Kalau sedang di rumah pun aku masak,” tutup bapak dua anak ini.

Mungkin saja Norman Kamaru terinspirasi dari judul film sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”. Jika saat ini kita lihat Norman jualan bubur, mungkin ini cikal bakalnya juga untuk naik haji. Amin. (sumber: silontong.com)

Wednesday, 10 September 2014

7 Mitos Penentu Pergerakan Harga Emas



Pendiri konglomerasi multinasional Rothschild, NM Rothschild, pernah menyiratkan bahwa tak seorang pun bisa memahami harga Emas. Mantan Gubernur The Fed, Ben Bernanke, pun pernah menyuarakan pendapat yang sama. Namun kini, banyak orang mengabaikan pendapat mereka dan setiap hari berusaha menebak arah pergerakan harga Emas. Tahun ini, orang-orang itu telah dikejutkan oleh pergerakan harga Emas yang asalnya diperkirakan akan semakin anjlok, ternyata malah menampilkan performa lebih baik ketimbang aset investasi lain.


Apa sebenarnya yang menentukan pergerakan harga Emas di masa depan? Berikut ini tujuh faktor kunci yang "katanya" menggerakkan harga logam mulia ini, dan seberapa penting faktor tersebut secara historis.
1. Inflasi
Harga Emas naik 18 kali lipat di tahun 70an saat inflasi  melesat ke puncak tertinggi yang pernah dialami di masa damai tanpa perang. Dalam dua puluh tahun berikutnya, walaupun inflasi merosot, tetapi harga Emas terus meningkat. Studi mengenai korelasi 12-bulanan antara harga Emas dan indeks IHK Amerika Serikat dalam 45 tahun terakhir menunjukkan angka 0, yang berarti bahwa: tidak ada hubungan antara harga Emas dan inflasi.
2. Tingkat Suku Bunga
Karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil dalam bentuk bunga, maka siapapun yang membelinya "kehilangan" pendapatan bunga yang mungkin akan didapat kalau uangnya didepositokan. Hal ini disebut sebagai "opportunity cost" dari memiliki logam mulia, dan "opportunity" cost" ini jumlahnya semakin besar ketika suku bunga tinggi.

Namun, walau suku bunga tinggi membuat Emas jadi tidak menarik, sebenarnya tidak ada hubungan yang jelas antara harga Emas dan suku bunga. Fakta sejarah menunjukkan bahwa harga Emas dan suku bunga bergerak ke arah berlawanan hanya kadang-kadang; keduanya malah lebih sering naik atau turun bersamaan.
3. Pasar Saham
Sebagaimana hubungannya dengan tingkat suku bunga, harga Emas juga hanya kadang-kadang saja bergerak ke arah yang berlawanan dengan pasar saham. Studi akan korelasi 12-bulanan antara harga Emas dan indeks S&P 500 selama 45 tahun terakhir menghasilkan angka rata-rata 0, yang lagi-lagi berarti: tidak ada hubungan antara harga Emas dan Pasar Saham.

Mengapa begitu? karena banyak investor memanfaatkan bahan baku industri perhiasan ini sebagai pelengkap portofolio investasi mereka. Investor tentunya menginginkan portofolio investasi yang berimbang, dimana faktor risk/reward-nya terjaga. Oleh karena itu, mereka akan cenderung mempertahankan berbagai aset berbeda dalam portofolio-nya dalam waktu bersamaan.
4. Konflik Geopolitik
Harga Emas terkenal meroket ke $850 pada tahun 1980 saat Uni Soviet menginvasi Afghanistan, dan di saat yang bersamaan terjadi krisis penyanderaan di Kedubes AS di Tehran, Iran. Kenaikan harga Emas ke $1,920 pada tahun 2011 terjadi saat sejumlah konflik geopolitik mewarnai Dunia. Konflik-konflik tahun 2011 itu diantaranya adalah beberapa revolusi Arab Spring berubah menjadi perang saudara, kejatuhan ekonomi Yunani, dan terjadi kerusuhan parah di Inggris.


Namun walau para spekulator yang memperdagangkan derivatif Emas sering mendorong harga Emas naik saat konflik geopolitik terjadi, pergerakan harga yang disebabkan oleh hal-hal seperti itu biasanya hanya sebentar saja. Sebagai contoh, harga Emas naik 12 persen di dua minggu pertama krisis Falkland tahun 1982, tetapi tren harga tetap bearish, dan di bulan berikutnya malah merosot ke titik terendah dalam tiga tahun.
5. Dolar AS
Sebagaimana komoditas hasil tambang lainnya, harga Emas dikutip dalam Dolar AS. Namun itu tidak selalu berarti bahwa kalau Dolar AS melemah, maka harga Emas menguat. Secara historis, kemungkinan hal itu hanya terjadi hanya tercatat sebanyak 60%.

Apalagi, ketika dibandingkan dengan harga Emas dalam mata uang lain, maka pergerakannya akan berbeda. Dalam 27 bulan sejak tahun 2004, misalnya, harga Emas dalam Poundsterling telah naik lebih dari 5 persen; dan selama 21 bulan diantaranya, Dolar AS juga menguat terhadap Pound.
6. Harga Minyak
Karena populernya anggapan yang menghubungkan harga Emas dengan konflik geopolitik, maka banyak yang mengasumsikan bahwa harga Emas dan Minyak bergerak searah di saat yang bersamaan. Ya, memang benar bahwa harga Minyak lebih sering bergerak bersamaan dengan harga Emas daripada Pasar Saham atau Tingkat Suku Bunga. Sejak tahun 1986, dalam 60% kesempatan, harga Emas bergerak bersama harga Minyak.

Namun, ada pengecualian. Saat krisis finansial terjadi, harga Minyak Mentah Dunia merosot 80% pada paruh kedua tahun 2008, sehingga dalam 10 tahun terakhir ini harganya hanya naik 140 persen. Sebaliknya, emas hanya merosot sebentar, lalu langsung meroket lagi, dan tercatat telah naik 235% dalam kurun waktu 10 tahun hingga Juli 2014.
7. Permintaan Pasar Asia
Ketika harga Emas turun 30 persen terhadap semua mata uang Dunia di tahun 2013, masyarakat China menjadi pemborong Emas terbesar di Dunia. Saat harga Emas kembali meningkat di awal tahun 2014, permintaan Emas dari China turun 20% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Karena itu, harga Emas sering dikatakan naik saat permintaan pasar Asia meningkat. Namun kalau kita cermati lagi, permintaan pasar Asia lebih cenderung mengikuti pergerakan harga, bukan menentukan harga. Buktinya, harga Emas terjun ke level rendah tiga tahun pada musim semi tahun 2013, tepat ketika India mencatat impor Emas terbesarnya, padahal India saat itu adalah sumber permintaan Emas terbesar Dunia (sekarang rekornya dipegang China).

Hal ini karena harga Emas masa kini tidak lagi dikendalikan oleh permintaan Emas fisik. Orang-orang yang menentukan harga Emas justru investor yang menjual aset investasi lain seperti Saham atau Properti, lalu dengan dana yang didapat dari penjualan itu membeli Emas di pasar komoditas berjangka. Faktor itulah yang telah mendorong kenaikan harga emas pada tahun 1970an dan 2000an.


Kalau ketujuh faktor diatas tidak menentukan pergerakan harga Emas, lalu apa yang menentukan? Yang menggerakkan harga Emas adalah kombinasi dari beberapa faktor diatas, bukan hanya salah satu saja.

Selain itu, penurunan atau kenaikan harga Emas dalam jangka panjang cenderung merefleksikan kondisi aset finansial lain yang biasanya lebih menguntungkan. Masyarakat memandang Emas sebagai salah satu bentuk "asuransi", sedangkan "harga asuransi" adalah paling tinggi saat kita paling membutuhkannya. Artinya, harga Emas akan semakin naik dalam jangka panjang jika prospek aset-aset lain memburuk. Ketika krisis finansial yang lalu mengagetkan pasar finansial, para pemilik Emas dan investasi emas mereka pun aman-aman saja. 


Dialihbahasakan dari tulisan Kepala Riset BullionVault, Adrian Ash, di www.telegraph.co.uk

 
Blogger Templates