Dinar dan dirham dikenal oleh orang Arab jauh sebelum Islam datang.
Dalam aktivitas perdagangannya, para pedagang Arab ini berinteraksi
dengan banyak bangsa. Saat pulang dari Syam, mereka membawa dinar emas
Romawi (Byzantium), dan yang pulang dari Iraq, mereka membawa dirham perak Persia (Sassanid). Sering pula mereka membawa dirham Himyar dari Yaman.
Jika di tempat asalnya koin emas dan perak itu dinilai berdasarkan
nilai nominalnya yang tercetak, namun tidak demikian yang dilakukan
orang-orang Arab. Oleh para pedagang Arab, koin emas dan perak itu
dinilai berdasarkan berat-ringannya, berdasarkan nilai intrinsiknya.
Mereka tidak menganggapnya sebagai mata yang dicetak, mengingat
bentuk dan timbangan dirham yang tidak sama dan karena kemungkinan
terjadinya penyusutan berat akibat peredarannya. Karena itu, untuk
mencegah terjadinya penipuan, mereka lebih suka menggunakan standar
timbangan khusus yang telah mereka miliki, yaitu auqiyah, nasy, nuwah, mitsqal, dirham, daniq, qirath, dan habbah. Mitsqal merupakan berat pokok yang sudah diketahui umum, yaitu setara dengan 22 qirath kurang satu habbah. Di kalangan mereka, berat 10 dirham sama dengan 7 mitsqal.
Setelah Islam datang, Nabi Muhammad "mengesahkan" bentuk perdagangan
yang mempergunakan dinar Romawi dan dirham Persia. Beliau juga mengakui
standar timbangan yang berlaku di kalangan kaum Quraisy untuk menimbang
berat dinar dan dirham. Terkait hal ini, Rasulullah SAW bersabda,
"Timbangan berat (wazan) adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran
(mikyal) adalah takaran penduduk Madinah." (HR Abu Dawud dari An Nasa’i).
Dinar Romawi dan dirham Persia dilanjutkan di masa kepemimpinan empat
khalifah sepeningggal Nabi Muhammad. Di tahun 20 Hijriah, tahun ke-8
kekhalifahan Umar, dicetak uang dirham baru berdasarkan pola dirham
Persia. Berat, gambar, maupun tulisan Bahlawi-nya (huruf Persianya)
tetap ada, hanya ditambah dengan lafaz yang ditulis dengan huruf Arab
gaya Kufi, seperli lafaz "Bismillah" dan "Bismillahi Rabbi" yang terletak pada tepi lingkaran.
Di masa sepeninggal khalifah yang empat, Khalif Abdul Malik bin
Marwan mencetak dirham khusus yang bercorak Islam, dengan lafaz-lafaz
Islam yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi. Pola dirham Persia tidak
dipakai lagi. Dua tahun kemudian, Abdul Malik bin Marwan mencetak
dirham khusus yang bercorak Islam setelah meninggalkan pola dinar
Romawi.
Lafaz-lafaz Islam yang tercetak itu misalnya kalimat "Allahu Akbar" dan "Allahu Baqa." Gambar manusia dan hewan tidak dipakai lagi. Dinar dan dirham ada yang satu sisinya diberi tulisan "La ilaaha illallah",
sedang pada sisi sebaliknya terdapat tanggal pencetakan serta nama
Khalifah atau Wali (Gubernur) yang memerintah pada saat pencetakan mata
uang. Pencetakan yang belakangan memperkenalkan kalimat syahadat,
shalawat Nabi, satu ayat Al-Quran, atau lafaz yang menggambarkan
kebesaran Allah
Fakta ini terus berlanjut sepanjang sejarah Islam, hingga beberapa
saat menjelang Perang Dunia I ketika dunia menghentikan penggunaan emas
dan perak sebagai mata uang. Penggunaan mata uang diram dan dinar ini
tentu saja dlakukan di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh kekhalifahan
Islam yang kian lama kian susut. Hal ini berakhir ketika Pemerintahan
Turki Utsmaniyah runtuh pada tahun 1924.
Sistem Ribawi
Riba atau istilah aslinya "Usury"
merupakan sebuah sistem yang berasal dari zaman kegelapan. Di masa
kejayaan Ordo Knights Templar di Eropa usai Perang Salib pertama (1099),
ordo yang disahkan oleh Paus dan diberi hak istimewa untuk bisa
memungut pajak di seluruh daerah kekuasaannya ini kemudian mendirikan
sebuah lembaga simpan-pinjam yang entah secara kebetulan atau tidak
diberi nama "Usury".
Para peziarah dari Eropa yang ingin berangkat ke Jerusalem membawa
serta harta dan kekayaannya yang sangat banyak sebagai bekal, maka
dengan adanya "Usury" ini, tiap peziarah Eropa yang ingin ke Jerusalem
boleh menitipkan harta bendanya ke "Usury" di Eropa dan sebagai gantinya
dia diberi secarik kertas sebagai kartu jaminan yang berisi kata-kata
sandi, yang nantinya setibanya di Jerusalem bisa ditukarkan dengan uang
dan yang diperlukannya dengan hanya menyerahkan kertas jaminan tersebut.
Tentunya ordo ini sebagai penyelenggara "Usury" menarik keuntungan yang
bersifat material.
Knights Templar sendiri dibentuk oleh Ordo Biarawan Sion, sebuah Ordo
yang didirikan Godfroi de Bouillon, salah satu panglima pasukan salib
yang oleh banak sejarawan Barat diduga kuat berasal dari kelompok
Kabbalah. Kelompok ini terdiri dari tokoh-tokoh Yahudi-Kabbalis yang di
kemudian hari berkumpul di rumah Sir Mayer Amschel Rotschilds di
Judenstrasse, Bavaria, tahun 1773, guna merancang penguasaan dunia dan
mendirikan The New Illuminati di bawah komando Adam Weishaupt. Dari
sinilah The Federal Reserve dan jaringan perbankan dunia yang
menyebarkan uang kartal berawal.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment